Kamis, 08 November 2012

Eat.Pray. Love

Sewaktu membaca ataupun menonton film nya -paling hobi nonton film romantis-, saya rasanya bisa menyelami mengapa Liz memilih mengunjungi Itali, India dan Bali melakukan ritual Eat.Pray. Love untuk mengobati hatinya dan mencari kebahagiaan yang sejati. Tapi beberapa hari ini rasanya saya baru benar-benar merasakan bahwa resep Liz tersebut sungguh manjur..
greatest memoir of Elizabeth Gilberth


Adalah takdir Allah SWT yang membalikkan hidup saya dalam sehari, Selasa 6 November 2012. Saya-dan keluarga- sedang dalam kebahagiaan yang sangat karena akhirnya positif hamil dan hari itu kehamilan saya memasuki minggu kedelapan. Apalagi pemeriksaan  DSOG 2 minggu sebelumnya, setelah saya testpack 2x dan dinyatakan positif, menyebutkan  kehamilan telah berusia 6 minggu dan menyatakan semua nya sehat. Optimisme itu terbit manakala kami bisa mendengar detak jantung bayi kami. Normal 120/menit. Jujur saja, saya dipenuhi kekhawatiran menjalani kehamilan ini karena pengalaman pahit keguguran pada kehamilan sebelumnya pada bulan April. Segala ketakutan melanda. namun saya melawannya dengan lebih fokus menyiapkan asupan makanan terbaik, banyak berdoa, dan berusaha selalu bahagia.

Tapi semua nya berubah saat saya mendapati flek merah seperti benang mulai Senin 5 November. Saya tahu ada yang tidak beres. Sekuat hati menekan segala kekhwatiran dengan menyibukkan diri dengan aktifitas. Flek itu berlanjut dan berganti menjadi merah segar pada Selasa. Tak banyak pertimbangan langsung meluncur ke RS YPK Menteng menemui dr Yusfa Rasyid SPOG -dokter yang menangani sejak keguguranku sebelumnya-. Dan saat dokter sulit menemukan detak jantung janin meski sudah menggunakan USG transvaginal, serta melihat ukuran janin masih sama dengan waktu kontrol 6 weeks, maka saya tahu saya akan kehilangan bayi ini lagi.

Sedih..Menangis..Meratap..itu reaksi wajar saat kembali kehilangan harapan. Saya dan suami masih tetap berusaha tenang dan fokus mencari penyebab keguguran berulang ini. dr Yusfa menkonsul ke Prof Arry di klinik Alamanda untuk mengekspor lebih lanjut kemungkinan kelainan pada darah yang menyebabkan tubuhku tidak bisa mensupport kehidupan bayiku. Tapi bahwa bayi kami tidak berkembang dan 99,99% akan gugur sudah di depan mata.

Vonis itu mendatangkan gelombang kesedihan yang masih terasa sampai hari berikutnya, sehingga memutuskan untuk tidak masuk kerja. Apalagi perut terus berkontraksi untuk meluruhkan dinding rahim yang menebal sebagai support terhadap bayiku. Mengingat aku masih punya satu anak yang harus diurus maka aku bangkit.

E.A.T..
moodbooster andalan
Melawan rasa sedih paling mudah dengan menikmati sesuatu yang manis. Jadi alih-alih terus berbaring sambil menangis, saya memutuskan menjemput nasywa di sekolahnya. Sambil menjemput Nasywa, kami membeli eskrim. si kecil bukan main senangnya bisa balapan makan es krim dengan mamanya. Selain dia sangat suka es krim, mungkin dia merasa sangat jarang mamanya ada di rumah selain weekend hehe.
Memasuki jam makan siang, selain menu makan yang sudah disiapkan mbak, aku mengaduk-aduk kulkas dan menemukan bahan-bahan yang bisa dimasak. Memasak dan memakan makanan hangat-hangat ternyata adalah terapi yang baik untuk hati wanita. Terbukti berangsur-angsur kesedihan itu menguap. Sampai malam, saya hampir tidak berhenti memakan apa saja. Segala macam isi kulkas mulai dari buah, coklat, susu sampai siomay, tukang jajanan apapun yang lewat tidak luput di makan. Menjelang malam saat siap-siap konsul ke Prof Arry, saya menemukan kesedihan itu sudah benar-benar menyusut. Dada menjadi ringan.
Ternyata hubungan lidah, lambung dan hati memang luar biasa..

P.R.A.Y
doa dari tanah haram
Melewati segala ujian Allah rasanya tidak akan mampu tanpa kembali menyerahkan segalanya kepada-Nya. Kehamilan saya saja memang berlatar religius. Kehamilan sebelumnya ketauan pas setelah temen kantor pulang umroh dan mengabari kalau dia sudah mendoakan saya hamil selama dia di sana -Thanks to Inu-. Kehamilan kali ini juga seiring mertua yang sedang menjalankan haji. Tidak putusnya mertua mendoakan kehamilan saya, baik sebelum maupun setelah positif hamil.
Saya terbiasa berdialog dengan Allah SWT baik dalam doa maupun dalam hati. Saya yakin sepenuhnya Dia mengetahui apa yang tersimpan di hati kita. Maka dalam sujud saya, saya menangis panjang. Dalam doa saya meyakini kalau semua kehamilan adalah kuasa-Nya. Kalau memang kehamilan ini baik bagi saya dan janin saya nantinya, Allah akan memudahkannya, adalah mudah baginya merubah 0,01% peluang yang ada menjadi nyata. Namun sebaliknya, bila kehamilan ini membahayakan saya dan memberi efek negatif bagi janin saya nantinya, maka saya berdoa semoga Allah melapangkan hati saya.. Hidup ini tidak pernah mudah bagi siapa pun, tapi akan terasa mudah bagi jiwa yang ikhlas dan bersyukur..
Allah sudah memberi terlalu banyak kebahagiaan, berkah dan nikmat yang tidak layak saya dustakan hanya karena satu musibah. Kita tidak layak menyesal atas apa yang diambil dari kita, karena Allah sudah memberi begituu banyak, dan pasti akan tetap memberi kita lagi dengan begitu banyak nikmat, yang tentu lebih baik dari yang hilang..

L.O.V.E
dan saya menemukan..bersama orang-orang tercinta adalah hal yang paling menguatkan kita. Suami tentu saja adalah orang pertama dan utama yang selalu menyediakan bahunya sebagai tempat menangis. Selalu menyediakan tangannya untuk menggenggam tangan saya, menuntun saya, memilihkan jalan mana yang harus  ditempuh. He is the man who shows me the meaning of to love in health and sick, to share all sadness and happiness, till the end of life..
Saya juga bersyukur memiliki orang tua dan keluarga yang tidak pernah bertanya mengapa, tapi selalu ada dengan doa, pengharapan dan penghiburan. Mereka memang jauh dari pandangan, namun selalu dekat dalam perasaaan. Saya selalu hanya cukup menangis di telp dengan Ibu, tidak mampu menceritakan apa-apa, dan Ibu -seperti masa masa sebelumnya- selalu hanya menghibur dan mendoakan. Segala penjelasan ilmiah memang terlalu sulit dia terima dengan latar belakang pendidikannya namun selalu doanya dalam bahasa jawa itu mengirimkan kelegaan yang mengharukan.
Si kecil nasywa adalah tumpuan harapan saya yang membuat saya bersyukur. Setidaknya sebelum saya menghadapi dua kali kehilangan yang beruntun ini, saya sudah memiliki peri cantik yang selalu menjadi penyejuk mata, penerbit ceria.
beloved ones
Saya juga bersyukur atas barisan cheerleader abadi saya. Sahabat-sabahat yang biasanya selalu hadir, dan selalu menjadi tempat berkeluh kesah pertama sebelum saya berani menghadapi dunia.

Dan hari ini, saya totally menjadi diri saya yang baru..Saya memang masih meringis sakit melawan kontraksi yang masih terjadi karena saya memilih keguguran yang alami..Saya masih tersenyum masam saat majalah ayahbunda yang sedianya saya langganan sebagai persiapan kehamilan dan perawatan bayi ternyata datang pada saat saya sudah tidak hamil lagi..Saya memang masih belum mendapat kejelasan penyebab kasus keguguran saya karena harus menunggu cek darah ulang..Tapi saya sudah bisa menatap matahari hari ini dengan hati yang lapang..
Kesedihan itu sudah menguap karena hebatnya mantra EAT, PRAY, LOVE..

2 komentar:

  1. Luar biasa, matang kepribadiannya, matang tulisannya. Tetap semangat ya Saras. Amanah itu akan segera datang lagi. Tetaplah ikhtiar dan tawakkal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mas oki..menulis adalah obat juga..ayo bareng-bareng berusaha hehe

      Hapus