Minggu, 25 November 2012

Bagaimana Jika Semuanya Mudah..

Ibarat kita berkendara, jalan yang mulus dan lancar pasti akan terasa mudah dan menyenangkan. Namun hati-hati, kemudahan itu melenakan. Bila tidak tetap waspada, rintangan kecil bisa berakibat fatal. Beda misalnya kita berkendara di jalanan yang punya beberapa rintangan. Secara psikologis tentu kita akan berhati-hati dan menjadi lebih siap menghadapi rintangan  ke depan karena pengalaman melewati rintangan sebelumnya.

-anak akan mengalami sendiri winding roadnya- ilustrasi
Prolog di atas dan judul tulisan ini berangkat dari kekhawatiran pribadi Mrs Karmi atas tumbuh kembang anak-anak generasi sekarang, salah satunya Nasywa. Nasywa lahir pada saat Indonesia sedang mendapat anugrah berupa peningkatan middle-income class -termasuk orang tuanya, apabila mengacu pada definisi World Bank tentang middle-income class-. Kelompok penghasilan menengah ini memiliki kecenderungan konsumsi yang lebih besar baik untuk makanan maupun non makanan, termasuk segala sesuatu terkait anak. Fakta itu ditambah dengan adanya "rasa bersalah" dari Mrs Karmi yang memilih untuk bekerja full time. Dengan dalih kita bekerja kan untuk anak jadi adalah wajar dan merupakan kewajiban apabila membelanjakan segala sesuatu untuk anak baik makanan, pakaian, mainan dan jalan-jalan. Tentu saja semua berkah dan rezeki dari Allah tersebut memang harus disyukuri, pun kita tidak ingin hidup dengan banyak kerikil-kerikil. Kita berharap hidup kita lanjar jaya, uang mencukupi, kesehatan selalu prima dan hidup sejahtera. Namun seperti analogi berkendara di atas, bagaimana jika semuanya mudah bagi anak kita?bagaimana dia menghadapi hidupnya ke depan?

Mr dan Mrs Karmi datang dari keluarga sederhana yang hidup jauh dari kota. Seperti kaum non-urban pada umumnya, pola hidup dan pola nilai yang kami kenang sampai sekarang terkait dengan kesederhaan, kesabaran dan perjuangan. Pada masa anak dan remaja, kami diajari bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita capai. Bahwa kalau kita ingin barang A atau yang lainnya, kita mesti menunggu alokasi dari sisa belanja orang tua untuk hal lain yang lebih penting. Atau kalau mau punya barang B maka kita mesti menabung sisa uang saku terlebih dahulu. Sangat jarang kami bisa menikmati segala kemudahan memiliki sesuatu secara instan, kita diharuskan bersabar dan berjuang. 

Terlihat menyedihkan pada masanya, namun ternyata karena tidak mudahnya mendapatkan segala sesuatu membuat semuanya indah saat mendapatkannya. Sampai sekarang, Mrs karmi masih ingat dengan jelas bagaimana bangganya bisa membeli sepeda sendiri dari tabungan hasil membantu Almh nenek di warungnya. Hampir setiap hari sepulang sekolah, Mrs Karmi membantu nenek berbelanja kebutuhan warung ke pasar mengayuh sepeda. Imbalan dari aktifitas itulah yang ditabung, sedikit demi sedikit, hingga cukup untuk membeli sepeda. Mr Karmi punya cerita paling membahagiakan juga, saat sepeda pertamanya, dibelikan Mama setelah mengumpulkan dana dari gajinya sebagai guru. Kenangan Mama mengayuh sepeda impiannya itu sampai rumah masih teringat jelas bahkan setelah lintasan waktu sekarang --saat Mr Karmi sudah bisa membeli sepeda sendiri hehe--. Kebahagiaan mendapatkan baju baru saat lebaran juga terasa sangat indah, karena pilihan memiliki baju baru pada kesempatan lain jarang terjadi.

Bagaimana dengan anak-anak kita? Tentu kondisinya sangat berbeda. Mereka tidak perlu memiliki kata-kata sabar atau berjuang dalam kamus hidupnya. Sebagai orang tua, kita akan membelikan segala sesuatu yang menurut kita perlu dan baik untuk mereka tanpa mereka minta bahkan tanpa mereka benar-benar pernah membutuhkannya. Mereka tidak perlu menunggu lebaran untuk memiliki baju baru, karena hampir setiap saat kita selalu membanjiri mereka dengan baju-baju baru. Tidak terhitung juga berapa kali sebulan mainan baru  kita belikan, yang kadang dengan mudahnya dirusak karena penasaran atau keyakinan bahwa ayah bundanya akan membelikannya lagi. Mereka tidak perlu merengek untuk meminta ini itu, karena hanya jika anak kita melakukan salah satu kebaikan kita sudah mengobral janji akan mengganti kebaikan itu dengan hadiah yang dia mau.

Tentu tidak jadi masalah, apabila selamanya anak-anak bersama kita, atau selama nya kita memiliki kemampuan untuk memenuhi segala keinginan anak. Namun, adalah kepastian, bahwa kita tidak selamanya bersama anak-anak kita dan bahwa kita tidak dapat memastikan bahwa keadaan sama terus seperti sekarang. Roda kehidupan akan berputar, dan adalah kewajiban kita menyiapkan bekal untuk kemungkinan terburuk walaupun tentu tidak kita inginkan. Tentu saja agak naif jika anak-anak kita dipaksa merasakan kembali perjuangan dan kepahitan masa lalu secara sama, karena memang kondisinya sekarang berbeda. Memastikan bahwa nilai-nilai sabar, berjuang, ketangguhan mental dan akhirnya kebanggaan atas diri dari masa lalu memang perlu dilestasikan dan diwariskan kepada mereka. 

Mr dan Mrs Karmi memang masih dalam tahap pencarian formula yang terbaik untuk melakukan internisasi nilai-nilai untuk si kecil. Masih jauh dari hasil. Namun begitulah menjadi orang tua, yang tidak ada pelajarannya di sekolah, dan hanya di dapat melalui praktek langsung menghadapai anak sendiri. Mengajarkan menabung salah satu cara yang bisa ditempuh, terutama apabila si kecil sedang menginginkan barang yang cukup mahal harganya. Mengajarkan bersabar, bisa dengan mengundurkan momen membelikan sesuatu yang berharga baginya meskipun sebenarnya kita mampu membelikannya. Setiap dia merengek meminta, ingatkan dia untuk bersabar sampai dengan tenggat waktu yang disepakati. Belajar antri dengan baik, belajar bergantian saat bermain juga salah satu cara lain. Saat ini memang hal-hal yang sederhana yang baru diterapkan, semoga ke depan semakin banyak alternatif lain yang bisa ditempuh.

Jika memang Allah menganugrahkan jalan anak kita semuanya mudah, maka sebagai orang tua kita harus menyiapkan mereka untuk rintangan yang ada di depan. Sabar saat semuanya tidak mudah -dan memang tidak ada free lunch di dunia nyata-dan Berjuang mengatasi rintangan itu untuk kemudian bangkit meraih kebanggaan atas kesuksesan yang mereka raih dengan perjuangan mereka sendiri. Semoga kita, para orangtua bisa..

Jumat, 23 November 2012

(Late) Honeymoon di Singapura..

Better Late than Never..Salah satu pepatah paling populer di jagad raya yang pada intinya mengungkapkan bahwa lebih baik kita terlambat melakukan sesuatu daripada pada akhirnya tidak melakukan sama sekali. Jika tidak melakukan sama sekali bernilai 0 dan melakukan pada waktunya bernilai 10, maka terlambat melakukan semoga masih bisa mendapat nilai, syukur-syukur nilainya 9,99 :)

view from my room..
in front of Amara Hotel..
Pepatah itu pula yang mengilhami kami untuk akhirnya berbulan madu. Hampir lima tahun menikah, kami belum pernah honeymoon? Kok bisa? Ya bisa lah... Alasannya yang pertama karena saat menikah kami belum punya cuti tahunan sehingga hanya diberi izin menikah tiga hari oleh kantor. Alasan kedua karena alasan keuangan, dimana kami membiayai pernikahan sendiri, sehingga belum cukup ruang finansial untuk merancang acara khusus. Bulan madu kami waktu itu -yang kalau boleh disebut bulan madu- hanyalah  menginap semalam di salah satu hotel di Jakarta untuk sekedar merasa istimewa layaknya bulan madu hehe.

Kesempatan itu datang di akhir Juli tahun ini. Ms Karmi mendapat kesempatan mengikuti training di IMF Singapura selama dua minggu. Makin kuat keinginan itu mengingat  Nasywa saat itu sedang recovery pasca sakit HSP sehingga belum memungkinkan untuk melakukan perjalanan beda negara. Maka, akhir pekan diantara dua pekan training itu, Mr Karmi menyusul Mrs Karmi ke Singapura. Selama di Singapura, kami menginap di Hotel Amara di kawasan Tanjong Pagar. Hotel ini berada di distrik bisnis dan perkantoran. Sangat strategis karena dekat dengan stasiun MRT Tanjong Pagar dan kawasan belanja China Town.

Universal Studio Singapore..
kungfu panda..
Hari pertama kami habiskan di Kawasan Resort Sentosa Island. Kami menggunakan MRT menuju Vivo City sebelum kemudian melanjutkan dengan monorel menuju Sentosa. Tujuan pertama sudah pasti  Universal Studio of Singapore (USS). Beruntung kami mendapatkan informasi dari staf lokal STI-IMF, sehingga kami hanya perlu membayar SGD 60 per orang dari harga normal SGD 74 dengan menggunakan kartu Mastercard. Lumayan sekali.  USS ini sejatinya adalah taman bermain dengan mengambil tema dari film-film andalan dari Universal. Ada 7 zona di dalamnya. Setelah memasuki gerbang USS, kita akan memasuki  boulevard dengan bangunan toko, cafe ala hollywood. Tidak lupa ada walk of fame dimana pada saat-saa tertentu kita bisa bertemu dan foto bersama "artis-artis" ternama. Selain artis kita juga berfoto dengan tokoh-tokoh dalam film ternama, misalnya kungfu panda, madagaskar, dll.

yellow car yellow man..
Sentosa Memories..
Dari semua zona, yang paling menarik buat kita adalah Transformer di zona Sci Fi City. Tak heran antrian untuk bisa masuk ke arenanya butuh waktu hampir 2 jam. Berdiri pula..Tapi kelelahan mengantri terbayar oleh serunya memasuki adegan film Transformer. Kita yang sebenarnya naik rollercoaster, dengan bantuan teknologi 3D kita bisa merasakan battle di dalam film secera nyata. Asli kereeeen. Kalau tidak karena antrian yang panjang mungkin kami akan kembali mencoba lagi. Selain transformer kami mencoba hampir semua wahana seperti ancient Egypt -naik rollercoaster di dalam setting 3D film The Mummy-, Far-far Away -nonton film 3D Shrek, dan Madagaskar. Sayang hujan mengguyur sehingga wahana roller coaster yang tinggi ditutup untuk alasan keamanan. Zona Lost World juga ditutup dengan alasan yang sama. Setelah hujan reda rasanya sudah lelah sekali, sehingga kami memutuskan keluar dari USS dan menikmati sore di sekitar Sentosa. Selain USS, Sentosa juga memiliki banyak atraksi lain, misalnya pantai dan museum maritim. Di sini juga ada salah satu patung merlion maskot Singapura. Sebagai penutup kunjungan ke Sentosa, kami menikmati pertunjukan laser dan musikal Songs of The Sea, di tengah gerimis dan angin malam. Perfectly Wet Honeymoon :)


Hari kedua kami habiskan dengan mengunjungi beberapa landmark  Singapura. Hangatnya matahari pagi menyambut langkah kami menuju salah satu patung merlion di dekat musem Asian Civilisation. It's amazing, sungai di sana sangat bersih sehingga bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk naik di boat menyusurinya. Sayangnya ternyata sang patung  merlionnya sedang cuti renovasi menjelang ulang tahun kemerdekaan Singapura (hehe). Landmark Singapura lainnya adalah Marina Bay Sands, kawasan hotel dengan bagunan khas menyerupai tiga pilar. Terdapat shopping area di bawah serta restoran di rooftop. Adanya juga Art Museum di sekitar area Marina Bay Sands. Tidak lupa kami mengunjungi kawasan belanja Orchads Road dan Mustafa Centre -swalayan wajib dikunjungi orang Indonesia nih hehe-. Malamnya, Mr Karmi harus kembali ke Indonesia mengakhiri late honeymoon singkat kami di Singapura.

Bagi kami, perjalanan singkat honeymoon kami yang terlambat ini sangat berkesan. Semacam membayar lunas hutang di masa lalu (hehe..). Mengunjungi tempat yang baru, suasana baru, pengalaman baru bisa menjadi semacam refreshment bagi hubungan suami-istri. Apalagi buat yang sibuk dengan bekerja, mengurus anak dan aktifitas lain yang meredupkan romantisme cinta pasangan. Namun satu yang pasti, ternyata kami tidak sepenuhnya bisa menikmati perjalanan ini karena selalu teringat pada Nasywa yang ditinggal di rumah bersama Mbahnya. Berkaca dari pengalaman kami maka bagi pasangan yang akan menikah, sempatkan berbulan madu. Kalau memang ada keleluasaan waktu, kesehatan dan keuangan, tidak ada salahnya berwisata bersama pasangan. Pastinya itu akan mengikat perasaan cinta antara kalian berdua. Bagi yang belum sempat honeymoon seperti kami, sebaiknya sempatkanlah berhoneymoon walaupun sekali. Believe meIt's always better late than never :)




  

Senin, 19 November 2012

Hampir Senja di Candi Prambanan..

Hampir malam di Jogya 
Ketika keretaku tiba..


Penggalan syair lagu Sepasang Mata Bola yang populer pada masa kemerdekaan rasanya sangat pas menggambarkan suasana saat awal September lalu The Karmis menyambangi salah satu lansekap kota Yogyakarta, yaitu Candi Prambanan. Alam mulai masuk senja saat kami sampai di pelataran candi hindu terbesar dan tercantik di Indonesia ini. Walaupun tidak disengaja --efek dari silaturahmi keluarga yang molor-- ternyata pilihan suasana senja ini  cukup tepat.  Teriknya matahari sudah tidak terasa pun debu yang beterbangan di sekitar candi juga sudah mereda, bonusnya kita bisa melihat semburat jingga matahari dari pelataran candi sebelah barat.

dililit kain batik..
Kawasan wisata candi Prambanan ini telah dikembangkan dengan bagus, sehingga nyaman bagi wisatawan. Areal parkiran cukup luas. Kunjungan kami ke candi ini adalah saat peak season libur lebaran. Sehingga bisa dipastikan begitu banyaknya pengunjung yang datang. Namun semua pengunjung -dengan berbagai jenis kendaraan- dapat diakomodir dengan areal parkir yang ada. Rambu penunjuk arah di pasang dengan baik serta memudahkan wisatawan. Kami cukup mengikuti rambu yang menuntun  menuju loket pembelian tiket serta gerbang masuknya. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 25.000,- per orang untuk wisatawan domestik, dan Rp. 117.000,- untuk wisatawan asing. Harga tiket masuk tersebut hanya untuk candi Prambanan saja. Apabila ingin mengunjungi candi Boko dikenakan biaya lagi. The Karmis memilih hanya candi Prambanan mengingat waktu yang sudah senja (jam buka candi hanya dari jam 6 pagi s.d 5 sore). Fasilitas toilet juga tersebar dengan baik, dengan kondisi yang bersih.

Sebelum masuk ke areal candi, pengelola mengharuskan pengunjung memakai kain batik yang telah disediakan. Kebijakan ini sangat positif selain untuk menjaga kesakralan candi --dari pakaian tidak sopan-- dan sekaligus bisa menjadi promosi batik, terutama bagi wisatawan mancanegara. Kain batik ini gratis dan harus dikembalikan pada saat keluar kompleks candi. Petugas cukup sigap menjelaskan dan bahkan membantu memakaikan kain batik melingkar di pinggang.

semburat senja di salah satu candi..
di kaki salah satu candi..
Pemandangan menakjubkan tersaji di depan mata saat mulai menapaki tangga batu menuju candi. Menurut informasi, candi Prambanan memiliki 3 candi utama yaitu Wisnu, Brahma dan Siwa dengan masing-masing satu candi pendamping. Selain itu terdapat dua candi apit, 4 candi kelir dan empat candi sudut. Jujur saja, saat di sana kita tidak ngeh juga yang mana candi mana (haha.). Bahkan kami tidak ngeh juga yang mana candi Roro Jonggrang yang terkenal sebagai legenda di balik pembuatan candi Prambanan. Kami sibuk berkeliling tanpa arah dan tentu saja sibuk mengabadikan momen. Sayangnya kamera kehabisan daya baterai sehingga pengambilan gambar kurang maksimal karena hanya mengandalkan kamera Gtab. Anak-anak luar biasa bahagianya karena bisa naik turun tangga masing-masing candi, dan berusaha melonggok ke dalam candi--yang tidak bisa terlihat karena gelap--

Mr & Mrs Karmi
Nasywa dan Om tantenya..
Berada di tengah-tengah bangunan megah hasil karya seni berabad lampau itu menimbulkan kekaguman tersendiri. Bagaimana bisa, dengan teknologi seadanya pada masa tersebut bisa menciptakan candi semegah itu. Di beberapa candi terpahat relief yang bercerita tentang Ramayana. Keagungan karya itu cukup terjaga, terlihat dari beberapa candi yang sedang dipugar karena rusak akibat gempa Jogya. Puas berkeliling kami duduk-duduk di pelataran candi sambil menikmati turunnya senja. Kami masih ingin menikmati senja Candi Prambanan, namun sayang pengelola melalui pengeras suara mengingatkan tentang waktu berkunjung yang sebentar lagi berakhir.

senja di pelataran barat candi..
Ternyata berjalan menuju pintu keluarpun tidak luput dari perhatian pengelola. Sepanjang jalan keluar yang lumayan jauh itu, pengunjung bisa memanfaatkan taman bermain mini untuk anak-anak, dan ada juga museum. Disediakan pula kereta wisata untuk berkeliling areal kompleks candi. Bagi yang menginginkan sensasi lain, disediakan persewaan kuda yang bisa dinaiki untuk berkeliling areal sekitar taman. Tentu saja juru foto instan siap sedia di setiap sudut menawarkan jasa untuk mengabadikan momen berharga. Selain itu, ada juga beberapa hewan seperti rusa di sudut-sudut taman menuju pintu keluar sebagai salah satu point of attraction. Namun sayang, kondisi hewan tersebut sangat mengenaskan dan terkesan dipaksakan karena kandang yang kurang memadai. Semoga ke depan dapat lebih diperbaiki lagi. Terakhir, deretan toko souvenir tertata apik tepat di ujung sebelum pintu keluar menawarkan souvenir khas Jogya dan candi Prambanan.

Hari sudah benar-benar gelap saat kami meninggalkan kompleks Candi Prambanan. Kunjungan singkat yang bisa memberi kepuasan tersendiri. Layak dicoba bagi keluarga muda Indonesia. Sebelum mengajak si kecil berkelana ke mancanegara, kenalkanlah dia dahulu pada khazanah budaya negaranya. Indonesia sangat kaya...






Pantai Sejuta Kenangan..Pantai Petanahan..


hanya ombak yang masih indah..
Setiap orang pasti punya sesuatu dari masa lalu, yang indah, yang membekas untuk selalu dikenang, dibawa, melintasi waktu ke masa sekarang. Dan bagi Ms Karmi, salah satu kenangan itu adalah Pantai Petanahan. Pantai ini adalah salah satu dari sekian pantai di Kab Kebumen, kampung halaman Ms Karmi. Apa istimewanya pantai ini? Ehm sulit dijelaskan dengan perspektif saat ini. Karena preferensi kita memandang pasti beda. Apalagi pantai ini nyata-nyata tidak terlalu istimewa pada pandangan kita saat ini. Pantainya biasa, bahkan cenderung kurang terawat karena sampah dibiarkan seadanya. Warung-warung dan penjaja dagangan berdiri dan berbaur  tidak teratur. Belum lagi ada penyewaan kuda yang meninggalkan jejak dan kotoran dimana-mana. Namun  erspektif indahnya kenangan masa kecil tentang pantai yang selalu dan wajib dikunjungi setiap lebaran masih terjaga. dan memaksa untuk kembali ke sana pada momen hariraya yang sama. Mungkin satu-satunya yang masih terjaga adalah anugrah pantai selatan dengan ombak yang besar dan tinggi menimbulkan keasyikan tersendiri untuk mandi dan bergumul atau justru berlari berkejaran dengan ombak.

The Karmis on Petanahan Beach
Sekalian mudik lebaran tahun ini, tidak ada salahnya kembali ke pantai ini. Apalagi jarak dari rumah ke pantai ini cuma 45 menit. Idealnya memang ke pantai ini selepas subuh, agar bisa menikmati indahnya sunrise, dan udaranya masih bersih. Namun kali ini (seperti biasa), kami kesiangan. Sejak memasuki parkiran kendaraan, suara deburan ombak sudah keras terdengar. Membuat semakin semangat bergegas menyusuri pantai. Mengunjungi pantai ini tidak afdol kalau hanya dengan rombongan kecil. Rombongan kami kali ini cukup besar, 3 mobil, hampir 20 orang dari kakek ampe cucu hehe..

tidak lepas dari gendongan ayah..
menangis ketakutan..haha lucunya..
Ternyata si kecil Nasywa benar-benar tidak bisa bersahat dengan pantai. Pantai Ancol yang ombaknya kecil saja sudah menimbulkan ketakutan, apalagi ombak Pantai Petanahan. Alhasil, Nasywa tidak pernah lepas dari gendongan sang ayah. Sekali dua kali kami kerjain dia dengan diturunkan atau pura-pura berjalan-jalan di tepi pantai saat ombak datang. Dia teriak-teriak histeris. Saat saudara-saudaranya iseng menyiramkan air ke badannya makin heboh tangisannya. Duh lucunya! Anakku ini memang nyalinya tidak sebesar badannya. Mungkin kami harus lebih sering mengenalkannya pada pantai sehingga Nasywa terbiasa dan merasa nyaman.
Tidak berhasil membujuk Nasywa turun dari gendongan sang ayah, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan sepanjang bibir pantai. Banyak perubahan di pantai ini, semakin komersil. Salah satunya, adanya kolam renang air tawar untuk anak-anak. Sarana MCK juga sudah lebih tersedia. Dulu kami sulit sekali kalau mau mandi bilas setelah mandi-mandi di laut sehingga memilih membiarkan baju kering di badan haha..

Tante Ira ngasuh Nasywa
berenang bersama sepupu..
Berbeda dengan takut mandi di pantai, Nasywa justru sangat menikmati berenang di kolam air tawar. Kolam sederhana ini cukup modal juga karena dibangun permanen. Ada papan perosotan dan penyewaan ban. Yang jelas airnya bersih. Bukan main senangnya Nasywa berenang di sini. Sampai tidak mau naik walaupun badannya sudah dingin.Terimakasih tante Ira sudah mengasuh Nasywa berenang dan mandi-mandi. 
Tidak puas berwisata tanpa menikmati kuliner lokal. Masih mengulang tradisi masa lalu, kami memilih lontong pecel di warung-warung yang tersebar di pinggir jalan. Sajian sederhana dari lontong, sayuran yang direbus-kangkung, bayam, kacang panjang, taoge- disiram kuah sambal kacang. Suasana dan rasanya luaar biasa. Tidak lupa memesan tempe mendoan. Mendoan di sini beda, karena ukurannya. Saking besarnya sampai melebihi ukuran tangan. Hangat hangat sedaaaaap..Nasywa saja habis dua, Lapar apa doyan nak? hehe

Pantai ini akan memang akan selalu mengalami perubahan akibat tuntutan komersialisasi. Bukan tidak mungkin suatu saat dengan pengelolaan yang baik, pantai ini bisa menjadi salah satu destinasi surfing yang bagus mengingat ombaknya yang besar. Orang-orang dan pedagang-pedagangnya mungkin akan berganti termasuk barang-barang yang diperdagangkan. Namun, kenangan atas indahnya pantai ini masih akan terpatri dan menempati sudut memori Ms Karmi. Kerinduan itu terobati sudah..




Minggu, 18 November 2012

Berburu Sinar Matahari Pagi di Pantai Ancol..

Post kali ini adalah review jalan-jalan The karmis ke pantai Ancol di pagi hari. Memang sudah agak lama juga sih jalan-jalannya, baru sempet posting sekarang.
Pada dasarnya kami sangat suka jalan-jalan..Bahkan saat kami masih kemana-mana naik si roda dua supra x, kegiatan ke luar rumah dan menghirup udara segar serta suasana baru selalu menjadi agenda rutin. Kegiatan rutin itu semakin menjadi kewajiban saat Alhamdulillah ada si biru xenia yang mampu mengangkut pasukan dan perlengkapan lebih banyak..

baru sampai berpose dulu
Merindukan pantai di tengah kehidupan ibukota? Cukup arahkan tujuan Anda ke pinggir utara Jakarta, ancol persisnya. Cuma yaa jangan mengharapkan pantai seindah di Bali, atau seperawan daerah lainnya. Hanya cukup lumayan saja ada hawa dan suara laut. Untuk mendapatkan suasana Ancol yang lebih baik, pergi pada pagi hari layak di coba. Karena saat pagi udaranya masih relatif bersih dan matahari belum menyengat. Orang-orang juga belum banyak juga yang datang sehingga tidak terlalu crowded.

suasana beach pool di pagi hari
The karmis on beach

Maka pertengahan Mei 2012, The Karmis berangkat menyambangi pantai Ancol. Berangkat dari rumah sekitar jam setengah enam (kesiangan sebenarnya, mungkin lebih baik start selepas subuh). Jalanan pagi hari sangat lancaaar, kami melalui jalur GT Cimanggis-Jagorawi-Tol Priok. Gerbang Taman Impian Jaya Ancolnya sendiri tidak jauh dari exit tol, papan penunjuk arah cukup jelas sehingga akan sangat membantu terutama yang belum pernah ke sana.
Karena kami sudah sedikit kesiangan, maka saat memasuki gerbang  sudah terlihat ada antrian 3-4 mobil. Untuk bisa masuk ke kawasan Taman Impian Jaya Ancol kita perlu membayar tiket masuk per orang Rp. 15 ribu (kalo tidak salah yaa). Untuk mobil juga dikenakan biaya juga. Biaya tersebut meliputi penggunaan seluruh fasilitas di Ancol, kecuali untuk tempat-tempat yang bayar lagi seperti Dufan, Sea World, Atlantis, dll.

Peta ancol dari www.ancol.com
Walaupun masih jam 6 lebih sedikit, ternyata suasana di dalam sudah semarak. Kita cukup memilih akan menambatkan kaki di pantai mana, bisa ke pantai carnaval, pantai festival atau beach pool. Setelah memarkir kendaraan, The Karmis memilih ke beach pool. Bagi yang tidak membawa tikar tidak perlu khawatir karena ada abang-abang yang menyewakan tikar, bebek karet bahkan ban. Akan lebih baik jika kita membawa makanan dan minuman sendiri dari rumah. Selain lebih bersih dan aman, tentunya lebih sesuai dengan selera keluarga. dan tentu saja suasana pikniknya lebih terasa hehe. Tapi kalau tidak sempat menyiapkan makanan, tidak perlu khawatir. Di sekitar pantai berjamuran tempat makan. Bahkan tempat makan fast food seperti CFC, Pizzahut dll tersedia dan sudah buka sejak pagi.


berjemur di jembatan kayu
Yang agak mengecewakan buat The Karmis adalah kenyataan bahwa Nasywa tidak mau turun main ke pantai. Ternyata oh ternyata dia takut dengan suara ombak laut. Sekuat tenaga kita merayu-rayu, sang putri tetep keukeuh tidak mau turun. Akhirnya, selain sarapan, kami memutuskan jalan-jalan sepanjang jembatan kayu memutari area beachpool. Jalan-jalan sepanjang jembatan ini sungguh asyik.  Lumayan juga kena sinar matahari pagi yang hangat. Nasywa juga senang melihat ikan-ikan kecil yang terlihat di bawah jembatan. Beberapa nelayan terlihat menjajakan hasil tangkapannya kepada pengunjung.

Selesai berkeliling jembatan, kami menyusuri trotoar sepanjang pantai. Banyak yang mengkhususkan diri jogging di sini. Di jalanan juga ramai orang-orang bersepeda. Oh ya, penyewaan sepeda sebelum jam 7 pagi itu free of charge. Tempat penyewaannya juga tersebar di beberapa titik sepanjang pantai.

semangatnya si kecil
Ternyata ada lagi kesenangan yang kami temukan di Ancol. Ada replika perahu yang cukup besar lengkap dengan meriam perangnya dan rintangan-rintangan. Nasywa semangat sekali bolak balik melewati rintangan-tintangan sampe ke puncak kapal. Sungguh menyenangkan melihat si kecil gesit menaiki tangga, melewati jembatan tali, mengintip dari jendela kapal.

Tidak terasa matahari semakin tinggi. Sebelum sinar hangat matahari berubah menjadi menyengat, kami meninggalkan pantai Ancol. See ya Ancol! We  definitely will  come back again...








Kamis, 08 November 2012

Eat.Pray. Love

Sewaktu membaca ataupun menonton film nya -paling hobi nonton film romantis-, saya rasanya bisa menyelami mengapa Liz memilih mengunjungi Itali, India dan Bali melakukan ritual Eat.Pray. Love untuk mengobati hatinya dan mencari kebahagiaan yang sejati. Tapi beberapa hari ini rasanya saya baru benar-benar merasakan bahwa resep Liz tersebut sungguh manjur..
greatest memoir of Elizabeth Gilberth


Adalah takdir Allah SWT yang membalikkan hidup saya dalam sehari, Selasa 6 November 2012. Saya-dan keluarga- sedang dalam kebahagiaan yang sangat karena akhirnya positif hamil dan hari itu kehamilan saya memasuki minggu kedelapan. Apalagi pemeriksaan  DSOG 2 minggu sebelumnya, setelah saya testpack 2x dan dinyatakan positif, menyebutkan  kehamilan telah berusia 6 minggu dan menyatakan semua nya sehat. Optimisme itu terbit manakala kami bisa mendengar detak jantung bayi kami. Normal 120/menit. Jujur saja, saya dipenuhi kekhawatiran menjalani kehamilan ini karena pengalaman pahit keguguran pada kehamilan sebelumnya pada bulan April. Segala ketakutan melanda. namun saya melawannya dengan lebih fokus menyiapkan asupan makanan terbaik, banyak berdoa, dan berusaha selalu bahagia.

Tapi semua nya berubah saat saya mendapati flek merah seperti benang mulai Senin 5 November. Saya tahu ada yang tidak beres. Sekuat hati menekan segala kekhwatiran dengan menyibukkan diri dengan aktifitas. Flek itu berlanjut dan berganti menjadi merah segar pada Selasa. Tak banyak pertimbangan langsung meluncur ke RS YPK Menteng menemui dr Yusfa Rasyid SPOG -dokter yang menangani sejak keguguranku sebelumnya-. Dan saat dokter sulit menemukan detak jantung janin meski sudah menggunakan USG transvaginal, serta melihat ukuran janin masih sama dengan waktu kontrol 6 weeks, maka saya tahu saya akan kehilangan bayi ini lagi.

Sedih..Menangis..Meratap..itu reaksi wajar saat kembali kehilangan harapan. Saya dan suami masih tetap berusaha tenang dan fokus mencari penyebab keguguran berulang ini. dr Yusfa menkonsul ke Prof Arry di klinik Alamanda untuk mengekspor lebih lanjut kemungkinan kelainan pada darah yang menyebabkan tubuhku tidak bisa mensupport kehidupan bayiku. Tapi bahwa bayi kami tidak berkembang dan 99,99% akan gugur sudah di depan mata.

Vonis itu mendatangkan gelombang kesedihan yang masih terasa sampai hari berikutnya, sehingga memutuskan untuk tidak masuk kerja. Apalagi perut terus berkontraksi untuk meluruhkan dinding rahim yang menebal sebagai support terhadap bayiku. Mengingat aku masih punya satu anak yang harus diurus maka aku bangkit.

E.A.T..
moodbooster andalan
Melawan rasa sedih paling mudah dengan menikmati sesuatu yang manis. Jadi alih-alih terus berbaring sambil menangis, saya memutuskan menjemput nasywa di sekolahnya. Sambil menjemput Nasywa, kami membeli eskrim. si kecil bukan main senangnya bisa balapan makan es krim dengan mamanya. Selain dia sangat suka es krim, mungkin dia merasa sangat jarang mamanya ada di rumah selain weekend hehe.
Memasuki jam makan siang, selain menu makan yang sudah disiapkan mbak, aku mengaduk-aduk kulkas dan menemukan bahan-bahan yang bisa dimasak. Memasak dan memakan makanan hangat-hangat ternyata adalah terapi yang baik untuk hati wanita. Terbukti berangsur-angsur kesedihan itu menguap. Sampai malam, saya hampir tidak berhenti memakan apa saja. Segala macam isi kulkas mulai dari buah, coklat, susu sampai siomay, tukang jajanan apapun yang lewat tidak luput di makan. Menjelang malam saat siap-siap konsul ke Prof Arry, saya menemukan kesedihan itu sudah benar-benar menyusut. Dada menjadi ringan.
Ternyata hubungan lidah, lambung dan hati memang luar biasa..

P.R.A.Y
doa dari tanah haram
Melewati segala ujian Allah rasanya tidak akan mampu tanpa kembali menyerahkan segalanya kepada-Nya. Kehamilan saya saja memang berlatar religius. Kehamilan sebelumnya ketauan pas setelah temen kantor pulang umroh dan mengabari kalau dia sudah mendoakan saya hamil selama dia di sana -Thanks to Inu-. Kehamilan kali ini juga seiring mertua yang sedang menjalankan haji. Tidak putusnya mertua mendoakan kehamilan saya, baik sebelum maupun setelah positif hamil.
Saya terbiasa berdialog dengan Allah SWT baik dalam doa maupun dalam hati. Saya yakin sepenuhnya Dia mengetahui apa yang tersimpan di hati kita. Maka dalam sujud saya, saya menangis panjang. Dalam doa saya meyakini kalau semua kehamilan adalah kuasa-Nya. Kalau memang kehamilan ini baik bagi saya dan janin saya nantinya, Allah akan memudahkannya, adalah mudah baginya merubah 0,01% peluang yang ada menjadi nyata. Namun sebaliknya, bila kehamilan ini membahayakan saya dan memberi efek negatif bagi janin saya nantinya, maka saya berdoa semoga Allah melapangkan hati saya.. Hidup ini tidak pernah mudah bagi siapa pun, tapi akan terasa mudah bagi jiwa yang ikhlas dan bersyukur..
Allah sudah memberi terlalu banyak kebahagiaan, berkah dan nikmat yang tidak layak saya dustakan hanya karena satu musibah. Kita tidak layak menyesal atas apa yang diambil dari kita, karena Allah sudah memberi begituu banyak, dan pasti akan tetap memberi kita lagi dengan begitu banyak nikmat, yang tentu lebih baik dari yang hilang..

L.O.V.E
dan saya menemukan..bersama orang-orang tercinta adalah hal yang paling menguatkan kita. Suami tentu saja adalah orang pertama dan utama yang selalu menyediakan bahunya sebagai tempat menangis. Selalu menyediakan tangannya untuk menggenggam tangan saya, menuntun saya, memilihkan jalan mana yang harus  ditempuh. He is the man who shows me the meaning of to love in health and sick, to share all sadness and happiness, till the end of life..
Saya juga bersyukur memiliki orang tua dan keluarga yang tidak pernah bertanya mengapa, tapi selalu ada dengan doa, pengharapan dan penghiburan. Mereka memang jauh dari pandangan, namun selalu dekat dalam perasaaan. Saya selalu hanya cukup menangis di telp dengan Ibu, tidak mampu menceritakan apa-apa, dan Ibu -seperti masa masa sebelumnya- selalu hanya menghibur dan mendoakan. Segala penjelasan ilmiah memang terlalu sulit dia terima dengan latar belakang pendidikannya namun selalu doanya dalam bahasa jawa itu mengirimkan kelegaan yang mengharukan.
Si kecil nasywa adalah tumpuan harapan saya yang membuat saya bersyukur. Setidaknya sebelum saya menghadapi dua kali kehilangan yang beruntun ini, saya sudah memiliki peri cantik yang selalu menjadi penyejuk mata, penerbit ceria.
beloved ones
Saya juga bersyukur atas barisan cheerleader abadi saya. Sahabat-sabahat yang biasanya selalu hadir, dan selalu menjadi tempat berkeluh kesah pertama sebelum saya berani menghadapi dunia.

Dan hari ini, saya totally menjadi diri saya yang baru..Saya memang masih meringis sakit melawan kontraksi yang masih terjadi karena saya memilih keguguran yang alami..Saya masih tersenyum masam saat majalah ayahbunda yang sedianya saya langganan sebagai persiapan kehamilan dan perawatan bayi ternyata datang pada saat saya sudah tidak hamil lagi..Saya memang masih belum mendapat kejelasan penyebab kasus keguguran saya karena harus menunggu cek darah ulang..Tapi saya sudah bisa menatap matahari hari ini dengan hati yang lapang..
Kesedihan itu sudah menguap karena hebatnya mantra EAT, PRAY, LOVE..