hanya ombak yang masih indah.. |
The Karmis on Petanahan Beach |
Sekalian mudik lebaran tahun ini, tidak ada salahnya kembali ke pantai ini. Apalagi jarak dari rumah ke pantai ini cuma 45 menit. Idealnya memang ke pantai ini selepas subuh, agar bisa menikmati indahnya sunrise, dan udaranya masih bersih. Namun kali ini (seperti biasa), kami kesiangan. Sejak memasuki parkiran kendaraan, suara deburan ombak sudah keras terdengar. Membuat semakin semangat bergegas menyusuri pantai. Mengunjungi pantai ini tidak afdol kalau hanya dengan rombongan kecil. Rombongan kami kali ini cukup besar, 3 mobil, hampir 20 orang dari kakek ampe cucu hehe..
tidak lepas dari gendongan ayah.. |
menangis ketakutan..haha lucunya.. |
Ternyata si kecil Nasywa benar-benar tidak bisa bersahat dengan pantai. Pantai Ancol yang ombaknya kecil saja sudah menimbulkan ketakutan, apalagi ombak Pantai Petanahan. Alhasil, Nasywa tidak pernah lepas dari gendongan sang ayah. Sekali dua kali kami kerjain dia dengan diturunkan atau pura-pura berjalan-jalan di tepi pantai saat ombak datang. Dia teriak-teriak histeris. Saat saudara-saudaranya iseng menyiramkan air ke badannya makin heboh tangisannya. Duh lucunya! Anakku ini memang nyalinya tidak sebesar badannya. Mungkin kami harus lebih sering mengenalkannya pada pantai sehingga Nasywa terbiasa dan merasa nyaman.
Tidak berhasil membujuk Nasywa turun dari gendongan sang ayah, akhirnya kami memutuskan untuk berjalan-jalan sepanjang bibir pantai. Banyak perubahan di pantai ini, semakin komersil. Salah satunya, adanya kolam renang air tawar untuk anak-anak. Sarana MCK juga sudah lebih tersedia. Dulu kami sulit sekali kalau mau mandi bilas setelah mandi-mandi di laut sehingga memilih membiarkan baju kering di badan haha..
Tante Ira ngasuh Nasywa |
berenang bersama sepupu.. |
Berbeda dengan takut mandi di pantai, Nasywa justru sangat menikmati berenang di kolam air tawar. Kolam sederhana ini cukup modal juga karena dibangun permanen. Ada papan perosotan dan penyewaan ban. Yang jelas airnya bersih. Bukan main senangnya Nasywa berenang di sini. Sampai tidak mau naik walaupun badannya sudah dingin.Terimakasih tante Ira sudah mengasuh Nasywa berenang dan mandi-mandi.
Tidak puas berwisata tanpa menikmati kuliner lokal. Masih mengulang tradisi masa lalu, kami memilih lontong pecel di warung-warung yang tersebar di pinggir jalan. Sajian sederhana dari lontong, sayuran yang direbus-kangkung, bayam, kacang panjang, taoge- disiram kuah sambal kacang. Suasana dan rasanya luaar biasa. Tidak lupa memesan tempe mendoan. Mendoan di sini beda, karena ukurannya. Saking besarnya sampai melebihi ukuran tangan. Hangat hangat sedaaaaap..Nasywa saja habis dua, Lapar apa doyan nak? hehe
Pantai ini akan memang akan selalu mengalami perubahan akibat tuntutan komersialisasi. Bukan tidak mungkin suatu saat dengan pengelolaan yang baik, pantai ini bisa menjadi salah satu destinasi surfing yang bagus mengingat ombaknya yang besar. Orang-orang dan pedagang-pedagangnya mungkin akan berganti termasuk barang-barang yang diperdagangkan. Namun, kenangan atas indahnya pantai ini masih akan terpatri dan menempati sudut memori Ms Karmi. Kerinduan itu terobati sudah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar