Kamis, 31 Januari 2013

Meeting up with best friends at Rumah Air Bogor..

People can come and go in our life, but best friend stay forever..

Yup..best friend selalu tinggal di hati kita. Lintasan waktu dan jarak mungkin memisahkan, tapi ada masa-masa rindu bertemu dan kalau ketemu udah aja keluar semua cerita. Mrs Karmi punya teman baik semasa kuliah, we called seven angels, 7 mahasiswi. Sampe sekarang eksistensi seven angels masih ada meskipun sudah pada berbuntut dan tinggal berlainan kota.

Salah satu angel, yaitu Susan mendapat beasiswa ke Australia dan berangkat tanggal 7 Januari 2013 selama kurang lebih 2 tahun. Angel satu ini emang hobi sekolah deh. Dulu selepas kuliah kita udeh pernah tuh tangis-tangisan melepas dia kuliah ke Italia, beasiswa juga. Eh sekarang kuliah lagi. Hebat pisan!

the karmis in front of Rumah Air..
Sebelum angel ini berangkat, kita sepakat ketemuan, semacam perpisahan lah yaa. Sayang cuma tiga angels yang bisa datang dari empat angels yang tertinggal di Jabodetabek. Angel inoy harus absen karena Nendra anaknya sakit, operasi amandel (get well soon dear Nendra). Tempat ketemuan ditentukan di Bogor aja karena lebih memungkinkan. Dua angels, Susan dan Zainab tinggal di Bogor. Ide makan di Rumah Air datang dari dua orang tadi, Mrs Karmi lihat liputannya di internet dan cukup tertarik. Eating, Fishing, Playing adalah moto rumah Air. Ehm jadi penasaran..

Perjuangan ke tempat ini luar biasa. Pertama karena lokasinya memang agak masuk ke dalam, yaitu di kompleks Bogor Nirwana Residence, pas banget di sebelah The Jungle, famous waterpark. Kedua, maceeeet parah. Dari pintu keluar tol Jagorawi sampai Rumah Air harus berjibaku dengan macet. Maklum weekend jadi pengunjung The Jungle cukup padat. Dari janji ketemuan jam 11, The Karmis baru sampai jam 12, padahal kita sudah jalan sejak jam 10 dan rumah kami cuma di Cimanggis yang selemparan batu dari Bogor, hfff.

Tapi kemacetan terbayar lunas saat sampai di Rumah Air. Tempat makan ini berbentuk saung-saung di atas danau buatan yang penuh dengan ikan. Ada bagian saung yang menjorok ke kolam sehingga kita bisa memberi makan ke ikan-ikan di situ. Taman-taman sekelilingnya juga tertata rapi. Sepertinya tempat ini sedang jadi favorit karena penuuuh, bahkan waiting listnya luar biasa panjang. Untung Zainab sudah duluan datang dan membooking tempat untuk kita. Enak deh hehe

Beginilah kondisi saungnya..

The Angels: Susan..Mrs karmi..Zainab plus buntutnya masing-masing

Zainab..Riza..Nasywa


Sebagai kenang-kenangan, kita kasih kado buat Susan. Isinya?? Bumbu Bamboo, bumbu instan lezat yang berguna buat masak di Australia sono, kalau lagi kangen sama masakan Indonesia

Keasyikan di Rumah Air ya bisa memberi makan ikan-ikan yang bener-bener ada di bawah kita. Anak-anak berebutan deh ngasih makan. Sampe nasi sebakul habis kayaknya hehe. Kalau makanan di sini so so lah. Enak enggak, Nggak enak enggak. Standar aja. Harga makanan lumayan mahal, dan deliverynya lama. Jadi, hanya jual suasana aja sebenarnya..

Nasywa asyik memberi makan ikan..


Tidak cukup pake tangan..Ikan "disuapin" dengan sendok hehe
Selain makanan, di rumah air juga ada mainan anak-anaknya lho..seru juga..Ada istana balon, becak mini, balon mengapung,perahu kayuh, dan ATV.

istana balon..


bola mengapung..

becak mini

perahu kayuh..cuma bisa maksimal 60 kg nih beratnya yang naik hehe

bergaya dulu..

Suasana di Rumah Air memang nyaman. Fasilitas lain seperti mushola, toilet dll tersedia dan dalam kondisi lumayan. Jadi memang cocok untuk santai berleyeh-leyeh. Banyak lho pengunjung yang sampe tidur-tiduran di saung hehe. 

Ini formasi lengkap The Karmis. Mbah kita ajak juga, kebetulan sedang ada di Cimanggis.

Ini dia keluarga yang akan berangkat. Ups ada Nasywa ikutan foto juga hehe.. Selamat jalan Susan..Sukses study nya yaa..Semoga kita bisa cepet nyusul sekolah juga keluar negeri. Amiin

Susan and family + Nayswa

Selasa, 29 Januari 2013

Budget Holiday part 2: TMII

Melanjutkan post sebelumnya, berikut liputan budget holiday di penghujung tahun 2012: Taman mini Indonesia Indah (TMII). Ini tentu bukan kunjungan pertama kali The Karmis ke  TMII. Sebelumnya beberapa kali pernah ke sini, mostly untuk jalan pagi di hari Sabtu/Minggu. Asyik lho..selain berolahraga bisa juga menyewa sepeda, sepeda tandem, kereta onthel keliling TMII. Di dalam juga ada semacam pasar kaget yang menawarkan barang-barang yang lucu-lucu dengan harga miring.

Walah jadi ngelantur. So tujuan ke TMII kali ini mau apa? Sejujurnya Mrs Karmi pengen naik balon udara. Pernah kapan lewat tol JORR dan senang aja gitu liat ada balon udara yang "terbang" di atas tol. Melajulah kita ke TMII. TMII ini mudah dan strategis sekali, di tepi jalan tol Jagorawi dan JORR, jadi bisa exit di kedua ruas jalan tol itu. Setelah proses di pintu gerbang, kita langsung meluncur ke destinasi pertama: Anjungan Sumatera Barat.

Anjungan Sumatera Barat ini termasuk yang terawat, terlihat dari kondisi bangunan, taman-taman dan miniatur-miniatur di dalamnya. Kalau tidak salah ada 3 buah bangunan rumah adat yang di dalamnya tersimpan miniatur budaya seperti pakaian adat, pakaian pengantin serta pelaminan. Jadi inget pernah pakai adat ini juga waktu nikah dulu hehe. Kita juga bisa berfoto dengan pakaian  adat Minang.




Tujuan selanjutnya adalah Taman Burung. Di taman burung ini suasananya asri, berasa kita tidak sedang di Jakarta. Terdapat dua kubah, yaitu kubah barat dan kubah timur, yang menggambarkan pembagian zona wilayah habitat burung. Cuma pada kenyataannya kurang terlihat bedanya antara 2 kubah tersebut hehe. Begitu memasuki pintu gerbang Taman Burung, tersedia jasa berfoto bersama burung. Mr Karmi langsung mencoba deh :)


Begini salah satu pemandangan begitu masuk ke Taman Burung

Pertama, kita masuk ke kubah Barat. Pengelola penyediakan semacam cairan antiseptik di keset sebelum dan sesudah memasuki kubah. Mungkin sebagai pencegahan flu burung. Di tiap kubah, ada burung yang dibiarkan liar di alam terbuka, ada juga yang dimasukkan ke dalam sangkar.
Ternyata di dalam areal kubah juga ada jasa foto bersama burng, dan burungnya lebih lucu. Gantian deh Mrs Karmi yang beraksi ;P..
Tidak lupa foto berdua..Serasa masih muda yaa
Mengapa di sebut kubah, ternyata karena bentuknya memang menyerupai kubah, setengah lingkaran dengan dikelilingi kasa besi..Beberapa burung bebas beterbangan di bawah kubah.
Keluar dari Kubah barat lanjut ke kubah timur..
Di antara 2 kubah, mengalir sungai kecil dengan ikan mas dan angsa bermain di atasnya. Kita bisa memberi makan ikan-ikan dengan pakan yang dibeli di penjual yang berada di pinggir sungai..
Nasywa semangat sekali memberi makan ikan..Alhamdulillah berbagi merupakan kebiasaan baik Nasywa, termasuk berbagi makanan dengan ikan ;P
Ternyata isi dalam kubah timur kurang lebih sama dengan kubah barat, jadi kami percepat saja, dan langsung keluar dari Taman Burung..
Karena Nasywa tidak mau naik balon udara, akhirnya kami memutuskan naik kereta gantung atau bahasa TMII nya sky lift. Perjuangan banget antrinya..maklum hari libur..Antrian mengular dari lantai bawah sampai stasiun kereta gantung. Sekitar 1 jam baru kami dapat giliran.

Awalnya sempat deg-degan juga takut Nasywa tiba-tiba mundur dan tidak mau naik. Tapi Alhamdulillah setelah dimotivasi, dia menunjukkan keberaniannya.
Dan  ternyata memang asyik bangeeet naik kereta gantung. Kita bisa melihat sebagian TMII dari atas, kubah taman burung, istana boneka, serta wahana air terlihat dari atas. Yang khas juga dari taman mini adalah danau dengan miniatur pulau-pulau di Indonesia. Nasywa semangat sekali waktu ditunjukkan pulau-pulau di Indonesia.

Mr Karmi bergaya nih..;P
Mrs Karmi dan Nasywa :)
Foto berdua lagi ;P

Perjalanan kereta gantung memakan waktu 10-15 menit, dari stasiun di dekat Taman Burung menuju stasiun di dekat pintu masuk TMII dan balik lagi ke stasiun awal. Ehm kalau tidak ingat antrinya pengen deh balik naik lagi..

Overall, pengalaman di TMII sangat menyenangkan. Puas deh..Nasywa juga punya pengalaman dan momen keberanian yang sampai sekarang masih terus dia banggakan. Good Job dear

Budget:
  • Tiket masuk: @Rp.15k + mobil @Rp10k
  • Tiket masuk Taman Burung: @Rp.15k
  • Tiket naik Sky Lift: @Rp25k
  • Snack+minum: Rp.100k
  • Makan siang: bawa bekal dari rumah (hemat dan sehat ;P)


Budget Holiday Part 1: Mesjid Kubah Mas Depok

Tidak terasa sudah cukup lama tidak update blog..biasa (sok) sibuk hehe..

Kali ini updatenya yang ringan-ringan saja yaa..oleh-oleh cerita dari liburan The Karmi's di penghujung tahun 2012. Entah kenapa akhir tahun kemarin semangat jalan-jalannya tidak terlalu menggebu, ditambah proyeksi kemacetan yang pasti akan melanda kalau berlibur ke luar kota. Dari awal, memang Mrs Karmi berencana mau tour de Batavia, keliling Jakarta. Pemikirannya sederhana saja. Saat long weekend begitu semua orang Jakarta berbondong-bondong ke luar kota/negeri. Kenapa enggak kita nikmati saja Jakarta yang lengang ditinggal penghuninya ;P

salah satu menara
Namun realisasi rencana (a.l keliling museum, kota tua, sundakelapa, dll) harus terkendala Kakak Nasywa yang sakit batuk dan pilek. Walhasil, cuma dua tempat yang sempat dikunjungi, dan keduanya cukup dekat dengan domisili kami di Cimanggis. Dampak positifnya tidak liburan jauh-jauh adalah pengeluaran menjadi minimal. That's why kita pakai judul Budget Holiday untuk kunjungan ke dua tempat ini.


 Masjid Kubah Emas Depok

Ke Depok mau ngapain ya?? Agak sulit menjawab pertanyaan itu, karena jujur saja sebagai sebuah kota, Depok tidak memiliki tempat yang spesial selain mal dan kampus UI. Maka tak heran kalau Masjid Kubah Emas menjadi satu-satunya pilihan untuk jalan-jalan di Depok. Mengutip dari Wikipedia  (http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Dian_Al-Mahri), masjid kubah emas atau Masjid Dian Al Mahri  dibangun oleh Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid, pengusaha asal Banten, yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal  31 Desember 2006.

Add caption
Komplek masjid yang terletak di pinggir jalan Limo, atau akses Depok-Cinere ini luaaaas banget. Konon kabarnya luas kawasan 50 hektar, terdiri dari  bangunan masjid (8000 meter persegi) yang dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000 jemaah.Selain bangunan masjid, ada pula aula, serta rumah pribadi Hj Dian. Di belakang terdapat areal parkir yang luas serta kompleks pertokoan untuk penjualan makanan dan cinderamata.

Perjananan menuju masjid kubah emas cukup lancar, karena memang kami berangkat cukup pagi (jam 9an) dan hanya memakan waktu kurang lebih 1 jam. Memasuki kompleks masjid kita pasti akan dibuat berdecak kagum akan kemegahan arsitektur masjid dan sekelilingnya. Taman-taman tertata rapih, meskipun tampak agak kering. Memang suhu cukup panas di sekitar masjid. Setelah memarkir kendaraan di belakang, kita harus berjalan kaki menuju masjid. Sangat disarankan untuk memakai payung, karena matahari cukup hot menganggang kulit. Sepanjang jalan ramai juru foto yang menawarkan jasa foto langsung cetak dengan latar belakang masjid. Harganya? murah saja cukup 20k. Terlihat sebagian pengunjung memanfaatkan jasa juru foto ini. The Karmis?? Tentu tidak perlu. Cukup berbekal kamera poket andalan saja hehe.

Sebelum memasuki masjid, alas kaki harus di lepas dan dititipkan di penitipan di lantai basement sekaligus sebagai tempat berwudhu. Ada petugas yang senantiasa mengingatkan peraturan lepas alas kaki ini. Begitu memasuki areal masjid kita akan disuguhi pelataran luas berlatar belakang kubah masjid serta menara-menara megah. Tidak terperi terharunya menikmati kemegahan rumah Allah. Oh ya, pintu jamaah untuk pria dan wanita dipisah yaa. Pintu masuk untuk jamaah wanita luar biasa besar, dijaga oleh petugas berkostum hitam-hitam. Anak-anak tidak diperbolehkan masuk masjid, sehingga Mrs karmi bergantian dengan Mbak dan Mbah menjaga anak-anak.






Kontras dengan cuaca di luar yang panas, entah mengapa kesejukan terasa di dalam areal masjid. Sejuk, adem dan tenang yang khas selalu dirasakan manakala di masjid. Ternyata anak-anak juga menemukan keasyikan sendiri bermain di kompleks masjid. Mereka berkeliling, lari-larian, melompat, dll. Mungkin surga bagi mereka bisa melihat areal yang berkali lipat luasnya dari rumah mereka hehe. Kami masih terus "ngadem" sampai adzan dzuhur berkumandang. Selesai sholat berjamaah kami meninggalkan masjid kubah emas.

Budget:
  • Tanda Masuk: Rp. 10k
  • Parkir: Rp. 5k
  • Makan siang dan minuman ringan: Rp. 150k (makan siang tidak di areal masjid tapi di mal kecil di perjalanan pulang yang maceeet) 



Rabu, 02 Januari 2013

Phinisi Edutainment Park..

Dalam rangka penutupan kegiatan belajar semester 1 kakak Nasywa, seluruh murid, orangtua dan guru TK Cikal Ceria jalan-jalan ke Phinisi edutainment park. Jujur saja saat menerima undangan dari sekolah sempat bertanya-tanya juga apa itu  Phinisi, perasaan baru sekali ini mendengar Setalah cari sana sini ternyata tempat bermain dan belajar ini memang masih baru dibuka yaitu pada bulan November 2012. Wajar kalau belum banyak yang tahu. Lokasi Phinisi sendiri berada di dalam bangunan Pasaraya Blok M lantai 8,9, dna 10. 

Menurut websitenya (http://pinisiedutainmentpark.blogspot.com/), di dalam phinisi terdapat beberapa permainan riding games klasik seperti  Kids Indoor Playground, Carousel, 4D Simulator, Kiss Car, Wall Climbing, Cyber Games, Choo-Choo Train, dan Pinisi Boat. Selain itu ada juga beragam galeri yang memberikan peluang bagi anak-anak belajar tentang art & culture seperti seni drama, olah vokal, membatik, traditional puppet atau wayang, musik angklung, menari, hingga bermain gamelan. Selain itu juga ada  science dan pertunjukan film di planetarium. Wuih keren ya kayaknya..segala kesenangan menjadi satu..plus nya anak-anak tidak hanya bermain tapi ada unsur belajarnya juga.

Para peserta dan orangtua diwajibkan berkumpul di sekolah pukul 7. Anak-anak berbaris rapi menurut kelompok yang sudah dibagi dan memperoleh arahan dari bu guru pendamping. Anak-anak memakai seragam olahraga kuning-biru yang biasanya dipakai hari Rabu.Nasywa bergabung dengan teman-teman playgroupnya di Bus 1
 


Setelah semuanya masuk ke bus, perjalanan kamipun dimulai. Matahari bersinar hangat saat kami berangkat. tidak ada satupun anak-anak yang mau duduk diam. Semuanya berdiri sambil melihat-lihat jalanan, termasuk Nasywa. Ndut banget kan anak mamah..
Sesampainya di Gedung Pasaraya Blok M, anak-anak berbaris rapi sesuai dengan kelompoknya dengan dipandu bu guru. Sebelum naik lift ke lantai 9, petugas dari Phinisi membagikan gelang tangan kepada masing-masing anak dan orangtua. Suasana cukup gaduh dan tidak teratur saat pembagian gelang, karena dilakukan di depan lift lantai dasar yang notabeme sempit dan agak remang-remang. Petugas dari phinisi juga kurang sigap sehingga acara pembagian gelang ini menjadi kacau dan lebih lama dari yang seharusnya.
Memasuki arena Phinisi, kita akan disambut oleh miniatur kapal phinisi, kapal kebanggaan Indonesia. Ukurannya lumayan besar juga sehingga bisa dilewati anak-anak. Di atas kapal terdapat jaring-jaring yang merupakan bagian dari arena permainan flying fox.
Wahana yang pertama kali dikunjungi adalah olah vokal. Disini anak-anak akan menyanyi diiringi organ serta melihat teks di layar. Mirip karaoke sih..Horeee Kakak Nasywa berani nyanyi yang pertama, lagunya pada hari minggu kuturut ayah ke kota..
Selanjutnya adalah kelas drama, cuma nggak jelas sih ngapain sebenernya. Yang sempat kerekam adalah pose bengongnya kakak Nasywa hihihihihi..


Wahana yang dicoba selanjutnya adalah Cho Cho Train di lantai atas. Kereta biasa sih..muter-muter di atas jadi bisa melihat wahana-wahana di bawahnya.

Selantai dengan kereta, ada playground untuk anak yang lebih kecil. Miriiip banget dengan tempat bermain serupa di mall. Yang unik adalah ada tempat bermain interaktif di lantai. Cara mainnya dengan dinjak. Sempat nyobain yang space dan letters. Lumayan juga, sekalian olahraga kaki :)

Karena playgroundnya kurang menantang, maka kita pindah ke playground yang lebih besar. Masih persis sama dengan permainan di mall, ada mandi bola, perosotan, halang rintang, dll. Anak-anak betaaah sekali di sini sampai tidak mau berganti tempat :)

Yang unik dari Phinisi ini adalah kelas-kelas tentang art. Selain nyanyi, drama ada juga gamelan, menari, membatik dan wayang. Namun untuk membatik dan wayang ada batas minimum usia yang bisa masuk, jadi Nasywa belum bisa mengikuti.

Kelas gamelan dan menari berlangsung masing-masing 30 menit. Sebelum praktek, akan ditayangkan film pendek yang berisi keterangan tentang gamelan atau tarian. Kemudian anak-anak akan dipandu untuk mencoba praktek memainkan alat musik ataupun menari. Nasywa semangat mengikuti baik gamelan maupun tari. Bahkan sampai terbengong-bengong menunggu giliran di pintu masuk kelas tari hihi..



Tepat pukul 11, rombongan digiring untuk masuk ke planetarium. Ehm..agak overestimated sih kirain akan sama atau lebih bagus dari planetarium nya TIM. Ternyata planetarium versi Phinisi adalah nonton film pendek di layar datar gitu doang. Kecewa...

Obat kecewanya adalah makan siang di kantin Phinisi. Makan siang sudah termasuk paket dengan kunjungan. Untuk anak-anak menunya nasi dan ayam goreng, untuk orang tua kurang lebih sama. Agak mengecewakan sih dari segi rasa. Cuma karena kita tidak diperbolehkan untuk membawa makanan dan minuman dari luar, yaa apa boleh buat dinikmati yang ada. Oh ya sebenarnya di kantin ini bisa memesan menu selain dari paket, tapi estimasi selesainya pesanan cukup lama yaitu 30 menit.
Nasywa & her bestfriend Anza

Nasywa & Mrs Karmi


Sebagai oleh-oleh, Phinisi menyediakan souvenir shop. Kita juga bisa membeli (aka mencetak) foto-foto candid yang sudah dicepret oleh juru foto Phinisi yang berkeliling. Sayang foto Nasywa tidak ada, dan souvenirnya kurang unik jadi tidak ada oleh-oleh yang bisa dibawa pulang.

Overall, kunjungan ke Phinisi cukup menyenangkan, terutama lokasi yang nyaman, toilet yang bersih, serta tempat belajar budaya Indonesia. Selain kekurangan dari segi makanan dan planetarium yang terkesan seadanya, Mrs Karmi juga menyoroti tentang tidak tegasnya pengelola Phinisi menetapkan peraturan yang telah mereka buat sendiri. Pada setiap pintu masuk kelas, jelas tertulis bahwa orang dewasa dilarang masuk. Mrs Karmi sangat setuju dengan peraturan tersebut, karena anak-anak akan lebih fokus pada pengajar dari Phinisi. Atas penghargaan terhadap peraturan tersebut, Mrs Karmi dan beberapa orangtua yang ingin foto-foto kegiatan anak harus puas dengan foto dari pintu/jendela kaca.


Namun kenyataannya, di kelas yang lain --bahkan kelas yang sebelumnya kami dilarang masuk-- orangtua bahkan seenaknya bisa duduk di dalam kelas sepanjang kegiatan dan bisa puas foto-foto abak-anaknya. Saat Mrs Karmi protes, pihak pengelola tidak bisa memberi jawaban yang tegas, pun tidak menegakkan peraturan yang mereka buat sendiri (Indonesia bangeeeet deh). "Kesalahan" ini fatal menurut Mrs Karmi, dan membuat kecewa sekaligus menjadikan tempat ini bukan tempat yang akan kami kunjungi lagi untuk alasan apapun. Sayang sekali, ide konsep yang bagus tentang Phinisi, namun dengan delivery dan manajemen yang kurang :( .