Senin, 14 April 2014

Umroh part 2: Masjid Nabawi

Rindu kami padamu ya rasul 
Rindu tiada terperi 
Berabad jarak darimu ya rasul 
Serasa dikau di sini 
(Bimbo)

Masjid Nabawi dan Kota Madinah adalah tempat yang tepat bagi siapapun pecinta Rasulullah Muhammad SAW, dan yang merindukan hadirnya, dan mengharapkan syafaat nya kelak di hari akhir.

Ya, ketika pagi itu bus yang kami tumpangi dari Jeddah -penerbangan untuk haji dan umroh biasanya berakhir di Jeddah, dan dilanjutkan dengan bus AC selama kurang lebih 4 jam- memasuki kota Madinah, maka keharuanlah yang timbul. Semacam mereka ulang kisah-kisah yang tertulis dalam sirah nabawiah. Kota ini lah, dengan kaum Anshor nya, yang dengan bahagia menyambut hijrah Rasulullah. Kota yang kemudian ditata, dibangun, diatur langsung oleh Rasulullah. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah atas izin-Mu, kami berdua bisa menginjakkan kaki di salah satu tanah haram-Mu.

Setelah check in di hotel dan membersihkah diri, rombongan langsung menuju ke Masjid Nabawi. Kegiatan di kota Madinah selama 3 hari ke depan berpusat di masjid ini. Masjid Nabawi memiliki banyak keutamaan. Sholat di Masjid Nabawi lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram dimana shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya. Segala sholat yang boleh dikerjakan dikerjakanlah disini. Mulai sholat tahajud, witir, fajar, sholat wajib, dhuha, dan rawatib jangan sampai ketinggalan. Selain sholat, kami biasanya memperbanyak dzikir, doa dan tilawah.

interior masjid Nabawi
Yang utama lainnya dari masjid ini adalah Raudhah, taman surga. Raudhah adalah tempat diantara mimbar dan rumah Rosul (sekarang makam Rosul), ditandai dengan karpet tebal berwarna hijau. Di sini merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Jadi, jamaah disarankan untuk sholat sunnah dan perbanyak berdoa di sini.Namanya juga tempat istimewa, bisa masuk di Raudhah merupakan perjuangan tersendiri, karena penuh sesak.

Untuk wanita disediakan waktu-waktu tertentu -selepas dhuha s.d. dhuzur dan malam selepas Isya-, untuk pria lebih leluasa di luar jadwal wanita. Jamaah wanita biasanya dikelompokkan sesuai dengan negaranya, yang terutama di atur adalah Melayu. Bukan apa-apa, pengaturan ini sebenarnya baik untuk kita, karena memberi kesempatan kita tidak berdesakakan dengan jamaah perempuan dari Arab Timur Tengah dan Afrika yang Subhanallah badan dan tenaganya berkali lipat dari kita. Disinilah kita belajar bersabar. Banyak jamaah yang tidak sabar menunggu dan memaksa masuk padahal belum gilirannya. Kalau Mrs Karmi memilih untuk sabar saja mengikuti antrian, Insya Allah kalau sudah masuk pasti akan dapat giliran. Alhamdulillah selalu bisa sholat dan berdoa di Raudhah.


kubah hijau, dimana di bawahnya terdapat makam Rasulullah

Di masjid Nabawi juga terdapat makam Rasulullah, di bawah kubah berwarna hijau, atau kalau di dalamnya ada di ujung Raudhah, dalam ruangan berpintu hijau emas. Di samping makam beliau ada makan Abu Bakar dan Umar. Di sini lah keutamaan masjid Nabawi lainnya. Kita merasaaaa dekaat dengan Rasulullah. Subhanallah. Memandang makamnya, memandang kubah hijaunya, mengucapkan salam seraya mengantri di raudhah dan sholawat yang banyak sepanjang keberadaan kita di Madinah. Rindu kami padamu ya Rosul..manusia terpilih..manusia terbaik..

Di sebelah masjid Nabawi terdapat makam para sahabat yaitu makam Baqi. Makamnya sederhana, hanya gundukan tanah sedikit. Berbeda dengan makam di Indonesia pada umumnya.

Makam Baqi

Rincian aktifitas kami setiap harinya dimulai dengan sholat malam lanjut subuh dan dhuha, baru kami kembali ke hotel untuk sarapan dan istirahat. Kembali ke masjid untuk Dzuhur, lalu kembali ke hotel untuk makan siang. Kami akan kembali ke masjid untuk ashar, lanjut magrib dan Isya. Luar biasa, nikmat sekali hidup yang hanya diisi dengan ibadah, tidak secuilpun memikirkan dunia. Komunikasi ke tanah air hanya untuk melepas rindu dengan Nasywa, sambil bertukar kabar.

Di sela-sela kegiatan ibadah, kami berdua berkeliling masjid Nabawi. Masjid ini sangat teratur, bersih, dan dijaga dengan ketat oleh para asykar. Asykar disini baik lelaki maupun perempuan terkenal ketat. Pemisahan zona perempuan dan lelaki sangat ketat, sehingga justru membuat saya selaku wanita lebih aman -sudah menjadi rahasia umum kalau lelaki di sana lebih agresif kepada wanita-. Barang bawaan ke masjid juga di jaga ketat, terutama wanita. Tas harus diperiksa ketika masuk. Tapi kita masih aman membawa handphone berkamera kok! Ya kecuali bawa kamera DLSR nan gede kali yaa baru nggak boleh hehe.

Di saat petang menjelang, atraksi menutupnya payung selasar masjid Nabawi jangan sampai terlewat. Luar biasa betapa bagusnya pengaturan di sini. Esok paginya selepas dhuha, payung akan kembali dibuka.


Sepanjang jalan pulang ke hotel, banyak pedagang "pasar kaget" yang menawarkan barang-barang untuk oleh-oleh. Urusan berbelanja ini, sebaiknya hanya sambil lalu saja, jangan sampai kita menghabiskan waktu lebih besar untuk keluar masuk toko. Sebagian pedagang bisa berbahasa indonesia, seperti "Mari mampir" "Barang bagus" "sepuluh real" dll. Mungkin memang Indonesia pangsa pasar yang empuk buat dagangan mereka. Barang seperti kurma, pakaian, pashmina di Medinah konon paling bagus dan paling murah. Entahlah, kami berusaha untuk tidak terlalu larut dalam urusan belanja. Secukupnya saja..


Mrs Karmi was wearing Basic Velvet dress from Kivitz, unbranded blazer from FO Bandung, unbranded scarf from Thamcit

Perbanyak makan buah yaa..Buah di sana lebih enak IMO

Di depan toko perlengkapan haji, tepat di depan hotel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar