Akhir pekan pertama di bulan april, The Karmi's kembali meluncur ke pinggiran utara Jakarta. Kali ini kami mengunjungi Sea World. Sesuai namanya, maka kami akan menyelami kehidupan biota air baik air tawar maupun laut dan segala yang ada di dalamnya.Bagi Nasywa juga akan sangat baik bisa melihat dan mengenal hewan-hewan perairan.
Seaworld sendiri berada di wing barat Ancol. Setelah mengurus tiket masuk --kebetulan kami menggunakan voucher diskon dari Disdus-- kami langsung menuju pintu masuk . Pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam, sehingga segala perbekalan tempur yang sudah disiapkan dari rumah harus dititip di loker. Tangan kiri kita akan distempel oleh petugas di pintu masuk, sehingga kita bebas keluar masuk dalam hari yang sama.
Kesan pertama yang tergambar begitu masuk adalah gelap, dan penuh. Seluruh ruangan gelap. Seharusnya tidak masalah jika aquarium tempat ikan-ikan berada dibuat seterang mungkin. Namun akuariumnya sendiri hanya diterangi seadanya, dengan air yang tidak jernih. Pada saat kami masuk sedang ada atraksi feeding time di salah satu kolam --ikan duyung--, namun karena saking padatnya penonton sehingga kami tidak bisa melihat. Air kolam ikan duyung juga menjadi keruh sewaktu dan setelah acara feeding itu sehingga sama sekali tidak bisa dilihat.
Yang paling menarik mungkin hanyalah terowongan kaca yang memungkinkan kita berjalan di tengah-tengah ikan yang berseliweran di sekitar kita. Ikan pari tiba-tiba melintas di atas kita. Atau serombongan ikan sejenis tuna putih yang bolak balik di samping kita. Ada ban berjalan yang bisa mengantarkan kita dari ujung awal sampe akhir terowongan. Saking hanya terowongan ini yang menarik, kami sampai dua kali balik melewati terowongan ini. Selain terowongan, ada juga touchpool, kolam dimana kita bisa menyentuh kura-kura dan babyshark. Bersebelahan dengan terowongan aquarium, ada beberapa studio film. Saat kami datang sedang diputar film hitam putih tentang kehidupan laut, dalam bahasa Inggris yang kurang jelas. Cuma sedikit penonton yang duduk di studio, itupun bukan untuk melihat film, melainkan untuk beristirahat duduk dan mengobrol. Sangat disayangkan. Coba kalau filmnya lebih baru, berwarna warni cerah, atau sekalian film animasi seperti "Finding Nemo" mungkin akan lebih menarik penonton.
Masih di lorong yang sama, ada semacam tempat pameran ikan-ikan purba, dan beberapa ikan dan biota laut ukuran gigan.
Di lantai dua, melalui tangga di sebelah touchpool, terdapat perpustakaan yang lagi-lagi perlu dikritik karena koleksinya terbatas, dan tidak terawat. Kedua penjaga perpustakaan juga lebih asyik bermain dengan komputernya daripada berinteraksi dengan pengunjung. Mereka tidak peduli terhadap lalu lintas manusia yang memasuki ruang kekuasaannya. Dari lantai atas, kita bisa melihat kolam besar yang ternyata merupakan tempat ikan-ikan yang kita lihat di terowongan tadi. Nasywa sangat tertarik dengan lukisan ikan-ikan yang glowing in the dark sepanjang tangga turun dari lantai dua. Kami sampai harus diseret-seret bolak baik ke lantai dua ini hanya demi Nasywa bisa merasakan efek naik turun tangga ditemani ikan-ikan bersinar yang menyinari gelapnya ruangan.
Sebagian besar waktu dalam kunjungan kami dihabiskan di souvenir shop yang penuh dengan boneka-boneka binatang laut yang menggemaskan. Ada lumba-lumba, mermaid, ubur-ubur, singa laut dll. Nasywa menjatuhkan pilihan pada boneka lumba-lumba pink yang memeluk anaknya. Pilihan yang sangat imut dear :)
Secara keseluruhan, kami tidak puas dengan kunjungan kami ke Sea World. Seingat Mrs Karmi, duluuu sekali pernah kesini, mungkin waktu SMP. Ternyata tidak banyak perubahan atau penambahan yang terjadi selama kurun waktu yang relatif lama. Sangat disayangkan sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar