Senin, 10 September 2012

Merasa bodoh itu perlu...

Yup merasa bodoh itu sangat perlu..Bahkan kalau mungkin selalulah merasa bodoh setiap hari sepanjang usia..
Tapi bukan bodoh yang berakhir begitu saja dengan kebodohannya, tapi bodoh yang diiringi semangat tidak mau terus bodoh sehingga segala cara untuk bisa menjadi pembelajar.
Jika sudah bisa apa berarti pintar?? Tentu saja pintar pada satu hal itu saja, atau kalau sudah merasa pintar maka ciptakan tingkatan bodoh yang lebih tinggi, sehingga apabila tingkatan bodoh yang lebih tinggi bisa solve maka otomatis tingkat pintar juga meningkat.

Pernah beberapa kali dalam hidupku merasa berada dalam tingkatan yang bodoh itu, bahkan merasa paling bodoh sedunia, beberapa karena saking membekasnya masih teringat sampai sekarang (hoho..). Pertama merasa paling bodoh saat mengikuti pemilihan siswa teladan tingkat SMP se provinsi Jawa Tengah. Sebagai wakil dari Kabupaten Kebumen, pasti lah kita bangga, merasa paling hebat, merasa paling pintar..bagaimana tidak aku mengalahkan seluruh peserta dari satu Kabupaten. Perasaan bangga itulah yang dibawa saat karantina di Semarang. Proses karantina itu sendiri yang akhirnya menyadarkan bahwa langit kita masih sangat rendah, sungguh rendah sampai malu rasanya memandang langit yang begitu berlapis di atas kita. Terlalu banyak yang harus dipelajari dalam janji yang terucap saat hanya bisa mengakui kehebatan peserta lainnya. Merasa bodoh memang perlu saat itu..

Pun saat kemudian menjadi wakil Fakultas Pertanian di ajang Mahasiswa Berprestasi tingkat Institut Pertanian Bogor. Walaupun kedewasaan usia dan pemikiran tidak membuat jumawa atas prestasi, dan lebih mempersiapkan segala macam persyaratan untuk rangkaian penjurian tapi tetap saja pada hari H, pil pahit merasa paling bodoh kembali di telan. Betapa sangat hebat peserta yang lain, betapa sangat berbakat dalam segala bidang peserta yang lain. Begitu banyak pertanyaan menyerbu: Kenapa aku tidak begini, kenapa tidak begitu sebelumnya, Mengapa terlewat tidak mempersiapkan ini dan itu dan lain-lain.
Merasa bodoh memang perlu, karena setelah itu, semakin terpacu untuk meninggalkan jejak terbaik dalam prestasi akademis saat meninggalkan kampus tercinta: predikat CUM LAUDE

merasa bodoh diantara bakat terbaik se kawasan..
Merasa bodoh berikutnya paling terasa sebulan yang lalu, saat mengikuti rangkaian kursus makroekonomi dari IMF Training Centre Singapore (thanks ya kantor sudah mengizinkan dan membiayai segala akomodasinya..). Walaupun salah peserta --kursus untuk mid to senior, sementara aku masih junior--, toh kurangnya kedalaman pemahaman materi membuat tingkat keaktifan di diskusi kelompok menjadi kurang. Belum lagi keterbatasan kefasihan dalam cas cis cus dalam bahasa Inggris jauuh sekali tertinggal dari rekan-rekan sekawasan. Merasa paling bodoh lagi?? sudah pasti. Selanjutnya apa diam saja?? tentu tidak. Alih-alih  menjadi rendah diri, lebih memilih memanfaatkan sesi break untuk banyak berinteraksi dengan peserta lain, menjalin pertemanan yang berlanjuut sampai sekarang, dll.

Percaya atau tidak, saya selalu merindukan masa-masa merasa bodoh itu lagi..Karena fitrah saya sebagai manusia lemah yang mudah sekali merasa sudah punya, sudah bisa, sudah paling..Astaghfirullah..
Saat ini, saya bekerja di Institusi yang disesaki oleh orang-orang terbaik di negeri ini. keilmuan mereka tidak perlu diragukan lagi. dan sungguh saya kembali merasa beruntung bisa berasa di antara orang-orang yang luar biasa pintarnya..luar biasa akademik dan skillnya..karena apa?? karena  tentu saja (lagi-lagi) saya akan merasa terus menerus bodoh..

merasa bodoh kok senang??tidak apa merasa bodoh tapi saya tidak menyerah..mesti tertatih harus mengejar lompatan memerangi kebodohan diri sendiri..Agar bodohnya bukan cuma hal-hal itu saja..tapi bodohnya meningkat..lebih tinggi lah levelnya

bagaimana dengan anda??semoga anda tidak bodoh seperti saya yaa  :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar