Jumat, 07 Agustus 2015

A$5 dan harga psikologis paket makanan di Canberra..

WARNING tulisan ini tidak terbukti secara ilmiah, dan hanya pemikiran iseng yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya, pun dipertanggungjawabkan pada siapapun :) 


Penentuan harga, dalam bisnis apapun, merupakan hal krusial. Secara sederhana, rumus penentuan harga jual adalah harga pokok penjualan, alias semua biaya yang dibutuhkan untuk membuat suatu barang hingga siap dipasarkan, ditambah dengan margin keuntungan yang diinginkan.
Namun, kenyataan tidak seindah rumus di atas. Pricing menentukan apakah produk akan terserap pasar atau tidak, dan pada gilirannya akan menentukan apakah bisnis akan terus berputar atau malah berhenti total.

Adalah keingintahuan Mrs Karmi, tentang bagaimana potensi jualan makanan Indonesia di Canberra, dan kalau memang ada potensi, berapa harga makanan, yang secara psikologis diterima pasar yang notabene mahasiswa, dan secara ekonomis menguntungkan penjualnyya

Untuk menjawab pertanyaan itu secara pasti, metode paling tepat, mungkin melakukan survei kepada calon pebisnis masakan Indonesia dan kepada calon konsumennya. Kalau ada yang mau membiayai sih riset ini, Mrs Karmi mau sih hahaha. Tapi karena nggak ada, mari kita mencoba berhipotesa.
  1. Warga Indonesia tetap merindukan masakan Indonesia. Ini tidak perlu diragukan lagi. Citarasa masakan Indonesia yang khas tetap paling sesuai dengan lidah Indonesia. Boleh lah kita sesekali makan burger, pizza, nasi lemak, nasi briyani, pho vietnam, kari India, tapi dalam keseharian yang memuaskan lidah dan perut Indonesian ya tetap rendang, gulai, asam pedas, sambel terasi, tempe mendoan dan jangan lupa Indomie :)
  2. Ada kelompok Indonesian yang memang memiliki keluangan waktu dan keahlian, atau memang hobby memasak. Sehingga, dahaga masakan Indonesia bisa dipenuhi dari dapur sendiri. Tapi seberapa besar porsi itu? Saya rasa tidak banyak. Minimal bagi mahasiswa seperti saya, yang waktu sebagian besar terserap untuk kuliah, belajar, mengerjakan assignment dan lain lain. Memasak sendiri harus dibayar dengan mahal, bukan dalam nominal uang, tapi dalam hal opportunity cost, berupa waktu yang bisa dimanfaatkan dalam hal lain. Dan secara kalkulasi sendiri, memasak tidak selalu berarti lebih hemat secara keuangan.
In short, potensi jualan masakan Indonesia di Canberra cukup besar, karena default lidah Indonesia dan kemalasan mahasiswa (seperti saya) untuk memasak. 

Pertanyaan berikutnya, kalau mau jualan, berapa harus memasang harga

Jawaban saya, bisa jadi A$5 

Wah pede amat!

Ya, kan hanya hipotesa, bisa jadi A$5, bisa jadi bukan

Sebenarnya jawaban saya itu didasarkan pada pengalaman mengamati sendiri teman dekat (Dapur Keysa) yang  baru membuka usaha makanan di Canberra. Urusan rasa nggak usah ditanya deh. Enak banget.
Setelah trial penawaran beberapa menu awal, booming penjualan terjadi saat Dapur Keysa mengeluarkan menu serba $5, seperti mie ayam bakso, krecek dll. Sekali iklan di media sosial, pesanan mengalir. Bahkan ada yang satu orang memesan beberapa porsi.

A$5 Mie Ayam Bakso Dapur Keysa

Fenomena yang menarik. Apakah A$5 adalah harga psikologis yang secara abstrak diterima warga (terutama mahasiswa), given anggaran belanja personal mereka?

Selain Dapur Keysa, fenomena keberhasilan mahasiswa yang jualan makanan di Canberra adalah Patin Asam Pedas, yang saat diposting pre order di media sosial, pasar langsung berebutan memesan. Beberapa kecewa karena kuota sudah penuh. Saya termasuk yang selalu menunggu iklan setiap Minggu malam, demi mendapatkan paket ikan pada Rabu siang. Saya perhatikan per orang bisa memesan lebih dari satu paket. Seperti saya, yang pesan 2 paket setiap minggu.

Berapakah harganya? Ternyata A$4 saja.

A$4 Salmon Asam Pedas Mas Tri (Bursa Update)


Kisaran harga A$5 secara tidak langsung terbentuk, terasosiasi pada beberapa makanan yang ditawarkan pada kisaran harga tersebut. Mahasiswa ANU pasti sudah tidak asing lagi dengan Asian Bistro yang Sale paket nasi, sayur dan lauk setelah jam 15.30. Harga sale nasi box hanya $4,5. Dijamin kenyang, dan dipastikan bisa sekalian silaturahmi dengan mahasiswa Indonesia lain yang juga sedang menikmati diskonan.

Yang juga menjual makanan seharga A$5 adalah Paket Value nya Domino Pizza. Hanya dengan membayar A$ 5, kita akan mendapatkan pizza satu loyang (8 potong) fresh from the kitchen, dengan toping yang lumayan (Americano, Cheese, Beef dll). Bagi perut Asia, satu loyang itu bisa dimakan berdua, atau di split menjadi minimal dua kali konsumsi sendiri.

Hence,

Boleh jadi pasar menerima harga A$5 sebagai harga yang sesuai, setelah membandingkan dengan barang substitusi sejenis yang ditawarkan pasar.
Boleh jadi, paket makanan dengan harga A$5 memberikan "kepuasan" yang maksimal bagi pasar, dengan batasan budget yang dimiliki

Tapi boleh jadi saya salah.

Selamat berakhir pekan rekan!

Saya mau menikmati dulu paket krecek dari Dapur Keysa yang saya beli hari ini, dengan harga A$5 saja!
A$5 Krecek plus Opor Telur dan Ayam Dapur Keysa




Senin, 03 Agustus 2015

Freakshakes Patissez: Mencicipi Minuman yang Lagi Hits di Canberra

Canberra, ibukota Australia, adalah kota yang tidak terlalu besar, dengan keteraturan yang luar biasa. Canberra cenderung tidak "meriah", kalau tidak boleh dibilang membosankan (Beberapa teman menggunakan kosakata Canboring, untuk menggambarkan betapa membosankannya kota ini). Namun tetiba, dalam sebulan terakhir, Canberra menjadi tenar. Apa pasal? Karena minuman bertajuk Freakshakes yang dijual oleh kedai kecil bernama Patissez di kawasan Manuka. Freakshakes menyebar secara viral di media sosial, mengundang semakin banyak orang penasaran untuk mencoba. Promosi didukung juga oleh beberapa media nasional Australia seperti Canberratimes. Bahkan ABC net mendapuk Canberra bukan lagi boring city karena minuman ini. Wah!

Atensi besar dan kedai Patissez yang kecil, berimbas pada antrian yang menggila. Di akhir pekan, harus bersiap untuk mengantri minimal 3 jam hanya untuk bisa take away minuman ini. Apalagi untuk mendapatkan meja. Silahkan bersabar lebih lama :)

Apakah lama nya antrian menyurutkan minat orang datang? Tentu tidak. Seakan semua ingin mencicipi manisnya freakshakes at all cost -time and money-. Termasuk Mrs Karmi. Strateginya adalah datang pada hari kerja dan pagi hari sebelum jam makan siang. Kebetulan karena senin free dari jadwal kelas, meluncurlah kami bertiga ke Patissez. Untuk lokasi Patissez dapat dilihat disini

Ternyata pilihan kami tidak sepenuhnya tepat. Ketika kami tiba di Patissez pada Senin pagi jam 10 tepat, kami ternyata tetap harus menunggu selama 1.5 jam. Doeng!
Sistem antrian yang diterapkan Patissez sangat baik. Ada satu pelayan di depan yang mendaftar antrian sekaligus mencatat no telp. Ketika meja kita sudah tersedia, kita akan ditelp.


membaca buku sembari menunggu
di depan Patissez

Apa yang dilakukan selama menunggu? Apa saja. Di sekitar Patissez banyak kedai kopi yang bisa dimanfaatkan untuk duduk santai (Betapa paradox, kita mengantri minuman, dengan membeli minuman yang lain :) ). Atau bisa memanfaatkan dengan berbelanja pakaian di Manukashops atau bahkan groceries. Mrs Karmis dan dua orang teman (mbak Riris dan mbak Eva) beruntung menemukan bookshop yang sangat nyaman dan hangat. Bahkan bookshop menyediakan bangku yang nyaman, diiringi musik yang enak. Duh bikin betah. Masa menunggu selama 1.5 jam terelewati juga.


Bahagia tidak terkira ketika akhirnya mendapatkan meja. Freakshakes punya empat varians yaitu Muddy Pat,  French Vanilla, Salty Nutz, dan Nutella Salted Pretzel. Kami bertiga memesan minuman yang sama, yaitu Nutella Salted Pretzel, simply karena kami suka Nutella, dan secara fisik lebih tidak se -menyeramkan ketiga lainnya. Waktu yang dibutuhkan dari order sampai minuman siap cukup lama juga sekitar 30 menit! Duh!

Patissez juga menawarkan kue-kue yanglezat, bahkan menu brunch seperti burger, toast, pancake dll. Sambil menunggu, kami order salted popcorn cake, yang agak ada asin-asin nya.


Finally, here is the freakshake we ordered. Cantik sekaligus menyeramkan, karena full of fat. Saatnya mencoba. Wow enaaaak. Perpaduan Nutella yang sudah pasti enak, dengan susu, cream ngeblend dan terasa enak. Untuk menandingi manisnya minuman, pretzel yang agak asin disajikan di atas shake. Pas! rasanya. Yang tidak pas mungkin porsinya yang terlalu besar untuk perut Asia kami yang kecil. Ada baiknya yang mau mencoba, lebih baik sharing dengan teman, daripada tidak habis.

The Nutella Salted Pretzel

Sebelum ludes di minum
Overall, freakshakes dari Patissez ini layak dicoba karena memang enak. Asal siap menunggu saja. Worth the wait kok! Selamat mencoba!

**
All varians freakshakes @ $11.5
Salted Popcorn Cake @$10
**