Minggu, 27 Oktober 2013

Saat Manusia Merajai Jalanan Ibukota..

Judul yang provokatif bukan? Hehe..Tapi memang demikian ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan minggu pagi di Jalanan protokol Sudirman-Thamrin saat pemberlakuan car free day setiap minggu pagi. Jalanan yang biasanya menjadi habitat mobil-mobil yang mengular dalam kemacetan, berganti menjadi lautan manusia dengan berbagai aktivitasnya. Menyenangkan.

Kami memarkir kendaraan di kantor Mr Karmi yang hanya sejengkal langkah dari bundaran HI. Sudah agak siang juga kami tiba, sekitar pukul tujuh. Bundaran HI sudah dipenuhi manusia. Sayang air mancurnya sedang dalam perbaikan sehingga tidak cukup bagus menjadi background foto. Si kecil Nasywa asyik mengayuh sepeda roda tiganya, menemani nenek kakeknya berjalan pagi. Mr Karmi memilih lari pagi terpisah dari rombongan kami.



Rute berakhir di Monas, dimana lebih banyak lagi manusia yang tumpah ruah. Yang berolahraga, yang hanya mau jalan-jalan, ataupun yang mau nyari sarapan bisa diakomodir semuanya. Bahkan ada yang bermain layang-layang. Sungguh terlihat betapa masywarakat membutuhkan ruang publik yang lebih luas, untuk sekedar menikmati mewahnya waktu luang, minimal di akhir pekan.




Belum cukup berkeringat, kami lanjut main bulutangkis di pinggiran monas.Tidak lupa mengabadikan senangnya Nasywa bisa berpose dengan berbagai pose, salah satunya berlatar kantor Mrs Karmi. Tetap gaya, meskipun belum mandi hehe..





Matahari tak jua memunculkan sinarnya meski pagi sudah sampai jam 10. Saatnya The Karmi's pulang, perut kenyang setelah sarapan lesehan di bawah puluhan layang-layang. Asyik!





Eco Art Park Sentul

Bila mengunjungi Ah Poong Sentul, mampirlah ke Eco Art Park Sentul. Taman ini terletak berseberangan dengan Ah Poong, atau bahkan akan lebih dulu terlihat dari exit tol Sentul Selatan.

Disini kita bisa menikmati hijaunya rumput, dinaungi dahan pohon. Beberapa art work seperti patung robot dan beberapa satwa menjadi ornamen di taman ini. Alat peraga iptek juga tersedia, seperti misalnya parabola yang bisa memantulkan suara. Ajak si kecil berdiri di satu parabola, dan kita di parabola lainnya dan mulailah berbicara. Ajaibnya suara bisa dirambatkan. Ada juga alat peraga perambatan suara dari tabung pipa besi yang menjulang tinggi.

Menambah pilihan hiburan anak, tersedia juga istana boneka, arena memancing, kolam bebek, dan sepeda, yang bisa dimanfaatkan dengan membayar harga tertentu.

Inilah keceriaan keluarga Karmi di Eco Art Park Sentul. Selamat menikmati..













Selasa, 15 Oktober 2013

Ahpoong Sentul

Finally here!

Ahpoong  Welcome Sign
Ungkapan itu paling cocok menggambarkan saat akhirnya The Karmis menginjakan kaki di Ahpoong Sentul City. Konsep makan di tepi sungai lebih tepat menggambarkan Ahpoong ketimbang tagline floating market. Nama besar sang presenter kuliner Pak Bondan mak nyuuuus turut berkontribusi promosi tempat makan ini.

Akses ke Ahpoong sangat mudah, silakan pacu kendaraan melewati tol Jagorawi arah Bogor, exit di Sentul Selatan. Melewati exit gate, ambil jalan ke kiri hingga bertemu bundaran marketing office Sentul City. Ambil arah kanan memutari bundaran, hingga ketemu bangunan mesjid Andalucia dan STEI Tazkia. Ahpoong berada di depan mesjid tersebut. Hati-hati dengan kapasitas parkir yang terbatas. Lebih baik datang lebih awal (jam buka Ahpoong jam 10 pagi)



Areal Food Court Ahpoong, ditepi sungai
Sengatan matahari jam 11an menyambut kami sekeluar dari kendaraan. Pasukan ojek payung langsung menyerbu menawarkan teduhan dari payung-payung besar. Ada tiga jembatan yang menjadi akses ke Ahpoong, biru dari area parkir, merah dan kuning dari Eco Art Park Sentul City. Areal makan terbagi menjadi dua, areal 1 dekat jembatan biru, lebih besar, dengan sajian makanan tradisional Indonesia. Serta areal 2, lebih kecil, dekat akses Ecopark, dengan sajian International food. Suasana lumayan sepi saat kami tiba, sehingga bisa seenaknya pindah dari areal 1 ke 2. Areal 2 lebih adem dan banyak angin sehingga lebih nyaman.


jembatan biru
food court 2

food court 1
Sebagai hidangan pembuka (entah cocok atau tidak hehe), cakwe medan. Besar, hangat, dan enak. Cocolan sambal kacang encernya pas. Harga cukup 10k per porsinya. Cocok!


 Untuk nenek dan kakek Nasywa, nasi timbel komplit dengan ayam goreng. Katanya enak sih. Lalapannya segaaar. Sampai nenek yang Padang tulen dengan telaten menghabiskan semua lalapannya. Harga per porsi 35k saja.
Untuk kami yang muda, mie kepiting menggoda selera. Mie rebus disajikan dengan ayam cincang, bakso ikan, kepiting 2 potong kecil, dan kerupuk pangsing. Rasanya lumayan segar. Harga 35k per porsi.
 

Di area bartender, disediakan aneka refreshmen mulai dari minuman aneka rupa, maupun buah potong dan puding. Benar-benar cocok di hari nan panas. Harga di kisaran 5k-50k



Food court Ahpoong dikelola di bawah bendera Eat & Eat. Berbagai tenant yang ternama untuk makanan tradisional dan internasional bergabung di sini. Mau apa aja ada. Semuanya bikin ngiler. Sistem pembayarannya menggunakan kartu. Bagi pengunjung baru, silakan membeli kartu dan isinya minimal 5k di kasir. Isi saja kartu agak banyak agar tidak bolak balik. Saldo yang tersisa bisa di uangkan kembali saat pulang dengan mengembalikan kartu ke kasir. Bagi yang ingin datang kembali, saldo masih tetap berlaku sampai periode waktu tertentu.

 
Sejujurnya, konsep makan di tepi sungai ini sangat luar biasa. Beda.
Lebih baik lagi kalau sungainya lebih jernih sih daripada air coklat dengan sampah terlihat di beberapa spot. Fasilitas naik perahu di sungai ini gratis --mungkin dengan tip tertentu untuk sopir boat--, tapi rasanya enggan naik perahu di atas air seperti ini. Konsep ini mungkin lebih tepat diterapkan di area aliran sungai lebih atas, seperti Puncak. Air masih jernih.


 

 Puas makan, saatnya bersantai..
Untuk yang membawa anak kecil, jangan lupa luangkan waktu mengunjungi Eco Art Park yang cuma selemparan batu dari Ahpoong.
Mrs Karmi masih menyimpan kartu transaksi Eat & Eat, yang berarti pasti akan balik lagi setidaknya untuk 3 alasan: concept, price, and food. Bonusnya Eco Art Park.

Nice to have time here, at Ahpoong!

Senin, 07 Oktober 2013

Chic Short Haircut

Dulu sejak kecil, orangtua Mrs Karmi tidak pernah mengizinkan anak-anaknya berambut panjang. Bapak selalu beralasan anak kecil belum bisa merawat rambutnya sendiri.

Dan sekarang, ketika punya anak sendiri, barulah berasa kalau perkataan Bapak benar adanya. Bukannya tidak suka melihat Nasywa berkucir ekor kuda, atau diikat dua. Cantik!
Tapi ternyata  menyisir rambutnya itu perjuangannya sekali. Harus penuh rayuan, tipu daya sampe berkejar-kejaran. Dibiarkan terurai begitu saja terlihat tidak rapi, apalagi untuk rambutnya yang bergelombang di bawah.

Maka, di akhir September kemarin dipangkaslah habis rambut Nasywa. Mr Karmi sempet melow melihat rambut sepundak anak gadisnya berubah menjadi pendek. Kalau Mrs Karmi entah mengapa malah suka dengan rambut pendek Nasywa. Lebih imut dan chic.





 
Nasywa sendiri sedih waktu rambutnya dipotong, dan menyalahkan mama nya. Sampai menangis sedih gitu. Trenyuh sekali. Mrs Karmi beralasan dipotong pendek agar gampang diberi vitamin, dirawat. Alasan itu mempan sepertinya. Dia manut-manut saja diberi obat rambut ini itu sebelum tidur.

Entah mengapa kemudian perangai Nasywa berubah setelah dipotong rambutnya. Lebih ceria, lebih sering mengumbar senyum, tawa dan canda. Ini potong rambut ibarat buang sial juga sepertinya hehe.

Minggu, 06 Oktober 2013

Bebek Ginyo Tebet Utara

Tak ada Kaleo, Ginyo pun jadi. Hari minggu ini, The Karmis niat banget ingin makan di Bebek Kaleo, dibela-belain dari daerah Semanggi ke Tebet. Apa daya ternyata Bebek Kaleo tutup setiap hari minggu. Kepalang basah sampai Tebet, melipirlah kami ke Bebek Ginyo. Beruntung, restoran di pusat kuliner Jalan TebetUtara ini masih relatif sepi meskipun waktu makan siang sudah hampir berlalu.

Berbeda dengan tempat makan bebek lainnya, di Ginyo bebeknya sudah ready to eat, berjejer di dekat pintu masuk. Kita bebas mengambil nasi - nasi putih, uduk, nasi merah-, lauk pauk -bebek cabe hijau, bebek sambel mercon, bebek kremes, ada juga menu ayam -goreng kremes dan bakar-. Di meja sebelahnya, disajikan lalapan, aneka urap, sayur dan sambal aneka rupa. Urutan diakhiri di kasir untuk order minum dan bayar.

Area makan di Ginyo terbagi menjadi smoking room alias outdoor dan non smoking alias AC nan adem. Tentu kami pilih yang AC. Interiornya vintage, dengan pajangan barang tempoe doeloe, seperti lukisan, telepon jaman dulu, bahkan ada pemutar CD Jadul lengkap dengan cerobong mirip kecubung. Bahkan lantainya pun masih ubin corak ukuran 30x30 yang mungkin sudah tidak ditemukan di pasaran. Menemani makan, musik mengalun pelan. Betah deh!
Urusan rasa, bebek Ginyo tidak mengecewakan. Porsi bebeknya besar, dan renyah. Bebeknya sendiri sudah dibumbui, jadi sudah enak. Sambalnya baik yang hijau maupun sambal bawangnya, pedaaas. Cocok dengan selera Mr Karmi. Nasywa memilih ayam goreng kremes, yang juga gurih pas dengan bumbunya yang kuning. Di sini juga nemu krupuk Gendar, sejenis krupuk dari nasi yang digiling sedemikian rupa.

Sebagai penggemar bebek, Ginyo masuk urutan tempat makan bebek yang layak dicoba. Memang harganya sedikit di atas bebek lainnya. Tapi harga memang tidak pernah bohong kok!

Rumahku.. Nasywa's School Project

Dua akhir pekan terakhir, Nasywa dan Mrs Karmi punya project besar, yaitu project dari sekolah nasywa membuat kliping tentang rumahku. Ini mungkin kolaborasi prakarya pertama yang dibuat kami berdua. Pertama, tentu yang paling rempong adalah membereskan rumah agar layak tampil di muka umum. Walaupun setelah foto jadi berasa palsu, tidak sesuai kenyataan hehe. Kedua, belanja perlengkapan. Kami menggunakan kertas concorde warna pink (price 10k untuk 10 lembar), kertas origami, lem, dan beberapa tempelan seperti daun kering. Origami ini dahsyat banget gunanya karena bisa dilipat dan  digunting berbagai bentuk. Aktifitas ini baik untuk si kecil yang sedang mengasah motorik halusnya. Sekitar 70% pengerjaan dilakukan sendiri oleh Nasywa, Mrs Karmi bagian menggunting bentuk yang belum bisa dilakukan gadis 4 tahun kami.
seius menghias "rumahku"

Halaman depan adalah bentuk rumah dari origami, lengkap dengan jendela, pintu, pohon dan bintang. Nasywa menulis sendiri Rumahku, Nasywa, dan CGR 2 F4. Cerita panjangnya dibantu oleh Mrs Karmi, yang menuliskan apa yang mau diceritakan oleh Nasywa.  
Rumah ada atap ada langit ada star Tinggal sama Mama Ayah Mbak Utri.

 Halaman kedua tentang Taman. Karena salah mengejakan hurufnya jadinya M nya double deh. TAMMAN. hehe. Tamannya dihias dengan bunga melati asli yang diambil dari taman depan rumah kami. Ada bunga melati mekar trus ditempel di kertas Ada rumput suka main di taman sama aurel. (kebetulan Aurel sedang main sesaat sebelum membuat lembar ini).
Halaman tentang ruang tamu ini, sedikit mengajarkan dengan logika deret atau urutan. Nasywa menentukan sendiri uratannya adalah love-segitiga-persegi-oval-bunga. Good job! 
Halaman selanjutnya, sudah mulai malas, jadi plain banget. Untung masih mau nulis Meja Belajar.
Cerita tentang kamarnya ini dia pilih setelah taman, jadi masih agak penuh hiasannya. Kamar ini belum mau dipakai oleh Nasywa. Jadilah fungsinya sekarang lebih seperti tempat mainan dan barang-barang Nasywa lainnya. Ada boneka Hello Kitty sama dorongan bayi sama boneka di kasur. Kasurnya ada 2 tingkat, ada di atas, ada di bawah. Bobonya kalau 5 tahun. Hihi, janjinya dia mau tidur di kamar ini setelah umur 5 tahun. Semoga..


Beberapa halaman belakang memang sengaja dikosongkan, sehingga bisa digunakan untuk corat-coret. Nasywa menggambar balon love. Sejak bisa membuat bentuk love, dia jadi hobi membuat bentuk love. Selain balon dia juga membuat layang-layang, bentuknya love juga.
Jadilah school project Nasywa. Puas!

Chopstix Grand Indonesia

Entah sudah pernah cerita belum di blog ini atau belum kalau Mr Karmi itu punya saudara kembar, Mr Kirmi. Find how they look similar each other :)


Minggu ini sang kembaran sedang dinas ke Jakarta. Jadilah kami bertiga janjian ketemuan, di mall tentunya, karena sekalian mengantar Mr Kirmi shopping barang-barang yang sulit ditemukan di pedalaman Kalimantan sana hehe. Kami makan di Chopstix GI, yang berlokasi di area foodcourt dekat dengan foodhall. Cukup sering juga Mrs Karmi makan di Chopstix tapi yang di Plaza Indonesia, bahkan baru ngeh juga kalau di GI juga ada. Mari mencoba!

Menu wajib pesan di Chopstix adalah Lumpia Chopstik (price 38k). Lumpia isi seafood yang hangat dengan saos putih dan taburan wijen jadi menu pembuka yang pas. Selain lumpia, ayam balacan juga layak jadi pilihan.


 Main menunya nasi goreng special Chopstix (price 47k). Typically, makanan yang ditawarkan di sini kalau nggak nasi goreng ya mie/kwetiaw. Nasi gorengnya tidak terlalu istimewa, hanya nasi goreng dengan ikan asin, taoge, dan telor orak arik, plus dengan telor ceplok. Menurut Mrs Kirmi, rasanya keasinan. Walah, bener-bener not worth the price. Cuma karena lapar, walaupun keasinan tetap dilahap juga hehe.



Pilihan Mr Karmi mie goreng lada hitam (price 36k). Pesannya sengaja pedas, tapi ternyata over spicy. Lada hitamnya kelewat banyak. Huah huah pedesnya.

Entah mengapa, menurut penilaian pribadi Mrs Karmi, overall rasa Chopstix nya lebih enak yang di PI. Mie goreng lada hitam ini favorit Mrs Karmi kalau di PI, dan rasanya memuaskan, tidak terlalu lebay ladanya. Beda tempat walaupun satu merk ternyata beda rasa.

Yang menyelematkan keseluruhan menu malam ini adalah Thai Ice Tea (price 19k). Rasa manis segarnya pas untuk menetralisir dua main menu yang agak gagal.


Terlepas dari kurang puasnya kami dengan makan malam hari ini, Chopstix tetap jadi salah satu tempat makan siang andalan karena memang bisa didelivery dengan cepat, dengan menu standar. Dan tentu saja pilih gerai Chopstix yang lebih besar, dengan harapan kokinya lebih handal.